Sejarah Tentang Proklamasi Tanggal 15 Agustus 1945 di Cirebon

Cirebon – Sejarah mencatat, Cirebon merdeka lebih dulu dari Jakarta dengan Naskah Proklamasi dari Sjahrir. Tugu Proklamasi Cirebon jadi saksi peristiwa itu.

Tanggal 15 Agustus 1945 merupakan hari bersejarah bagi Cirebon. Tokoh nasional dr Soedarsono memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dia adalah dokter di RS Oranje yang sekarang bernama RSUD Gunung Jati.

Dia kemudian menjadi Mendagri pada Kabinet Sjahrir II. dr Soedarsono juga merupakan ayah dari mantan Menteri Pertahanan (Menhan) era Presiden SBY, Juwono Soedarsono.

Pembacaan naskah Proklamasi dilakukan di Alun-alun Kejaksan Cirebon pada 15 Agustus 1945, dua hari sebelum Sukarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tanda dari pembacaan proklamasi itu adalah sebuah Tugu Proklamasi di perempatan Kejaksan, Cirebon.

Tulisan prasasti peringatan kemerdekaan hampir tidak ada tanda bahwa itu adalah monumen yang sangat penting. Sebuah prasasti terpasang di sana, sepertinya menunjukan pengakuan Presiden Sukarno pada tahun 1946, terhadap apa yang dilakukan dr Soedarsono dan tokoh pemuda di Cirebon.

“Batoe pertama diletakkan pada tanggal 17-VIII-1946 Djam 10.30 oleh P. Toean Presiden Bersama Ketua Dewan Perdjoeangan Daerah Tjirebon sebagai lambang persatoean antara pemerintah dan ra’jat dalam perdjoeangan menegakkan Republik Indonesia yang 100 % merdeka,” begitu tulisan pada prasasti.

Soedarsono tergabung dalam kelompok Sutan Sjahrir. Saat waktu itu terjadi pergolakan-pergolakan untuk memproklamasikan bangsa Indonesia.

“Kemudian, muncul dari kelompok Sjahrir yang mendelegasikan Soedarsono untuk membacakan Naskah Proklamasi di Alun-alun Cirebon, sekarang jadi Alun-alun Kejaksan.

Sejumlah literatur juga menyebutkan adanya pembacaan proklamasi di Cirebon, yang lebih awal dibandingkan proklamasi kemerdekaan di Jakarta. Soedarsono membacakan Naskah Proklamasi setelah mendapatkan kabar dari Sjahrir tentang pemberitaan Jepang yang menyerah kepada sekutu.

“Soedarsono melakukan hal itu setelah menerima berita dari Syahrir, bahwa Radio BBC London memberitakan tentara Jepang telah menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.

Selain memproklamirkan kemerdekaan di Alun-alun Kejaksan, kelompok Syahrir juga membacakan naskah Proklamasi di Alun-alun Ciledug Cirebon. Namun menyayangkan Naskah Proklamasi versi Sjahrir yang dibacakan Soedarsono itu hilang, apakah naskah versi Syahrir atau sama seperti yang Sukarno bacakan.

Selain kehilangan naskah, untuk membuktikan secara detil pembacaan naskah tersebut juga sulit karena kehilangan saksi hidup. Terlebih lagi, teks Proklamasi yang dibacakan Soedarsono itu tak begitu mendapat sambutan dari masyarakat.

“Ini terjadi karena Proklamasi tersebut lahir dalam friksi ideologis di kalangan pemuda pergerakan dan ketidakberdayaan Sjahrir untuk membujuk Bung Karno dan Bung Hatta mempercepat Proklamasi. Di samping itu juga pamor Bung Karno di mata rakyat lebih kuat dibandingkan Sjahrir. Sehingga, Proklamasi di Cirebon tidak bergema di seluruh Nusantara. (isi)