Kisah dan Kiprah KH.Chayatuddin Rozi, Ulama Dari Nganjuk Sahabat KH.Abdul Hamid Pasuruan

Nama besar KH Chayatuddin Rozi bagi sebagian besar ulama sepuh NU di Indonesia sudah tidak diragukan lagi baik keilmuan ahlussunnah wal jamaah. Berikut ini laporan F. ANSHORI

Ulama yang dikenal dengan panggilan Mbah Chayat ini yg dlm penampilannya berbusana Jas Nasional dan tidak memakai surban bahkan Baju Gamis layaknya Kyai2 kebanyakan. Beliau tidak hanya berkontribusi besar bagi NU namun juga terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sabtu (31/10/2020) redaksi berkesempatan silaturahmi dikediaman menantu KH. Chayatuddin Rozi,KH.Achmad Khunain di Desa Bonggah Ploso Nganjuk .Kyai yang akrab dipanggil Kyai Khunain didampingi Putra Putrinya .Kyai Khunain menyampaikan perjalanan hidup dan perjuangan semasa hidup mbah Chayat baik secara langsung,maupun dari orang trdekat dan santri-santrinya.
Chayatuddin Rozi dilahirkan di Desa Senjayan, Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk Jawa Timur Tahun 1910 dari Pasangan KH. dan Bu Nyai….Chayatuddin Muda menimba Ilmu keagamaan diberbagai Pondok Pesantren Jawa Timur dan Jawa Tengah.diantaranya Ponpes Gedongsari Prambon Nganjuk dibawah asuhan KH.Mustajab selama 1th,Pondok Pesantren Tebu Ireng dibawah asuhan KH.Hasyim Asyari selama 6 Tahun,dan Pondok Pesantren Kesingan Rembang Jawa Tengah.
Selama menimba ilmu keagamaan diberbagai Pondok,Chayatudin Muda terlihat istimewa dan menjadi perhatian dari sang Kyai dimana dia berada.misalnya,di PP Gedongsari Prambon,melihat kecerdasan santrinya yg bernama Chayatuddin Rozi Sang Kyai bermaksud menjadikan menantu bagi keturunannya meski saat itu sang Kyai belum memiliki keturunan.
Setelah dari Gedong sari,Chayatuddin melanjutkan nyantri di PP Tebu Ireng Jombang.ditangan sang Hadratus Syech Hasyim Asyari,Chayatuddin Rozi menjdi Santri yang memiliki keistimewaan baik dr keilmuan maupun kepribadian.bahkan saat Tebu Ireng kedatangan Tamu kehormatan Presiden Ri Soekarno yang bertujuan meminta dukungan dlm perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan Belanda,secara khusus Mbah Hasyim Asyari menugaskan Santrinya Chayatuddin beserta 3 temannya melalui jalur Sungai dengan menggunakan Sampan sederhana menuju surabaya saat pergolakan peristiwa 10 November 1945.
Linuwihnya sang santri berbekal restu sang Kyai,utusan Tebu Ireng mampu menguasai pertempuran hingga trjadi peristiwa terbunuhnya Jenderal Mallaby yang membuat Pihak Belanda trdesak dan kaget.
Kyai sederhana dgn jiwa sosial kuat d masyrkt.
Tidak hanya memliki keilmuan agama yg kuat,nbah Chayat juga dikenal masyrkt wilayah Nganjuk sebagaibpribadi yang dekat dg masyrkt lapisan bawah serta berjiwa sosial tinggi.hal ini dibuktikan,mbah Chayat dikenal sebagai Pedagang Sepeda,bahkan Konon selama barang Dagangan sepedanya belum laku,pedagang lain dipastikan belum ada yg laku.dikarenakan banyak orang mencari dan memburu dagangan sepeda mbah chayat dibandingkn pedagang sepeda lainnya.
Dalm profesinya menjual beli sepeda,mbah chayat dari hasil berdagang Sepeda Onthel dikumpulkn untuk membangun Masjid di wilayah sekitar kota Nganjuk diantaranya Masjid di wilayah Senjayan,Demangan dan Janti.
Menjadi Penasehat Bupati Nganjuk
Kiprah mbah Chayat tidak hanya mumpuni dikalangan Nahdliyin saja namun dengan kebijaksanaan dan menjd rujukan dlm setiap permasalahan yg dihadapi masyrkt ttg agama dlm forum Bathsul Masail,mbah Chayat juga dipercaya sbg Pembantu Harian Bupati Nganjuk pada msa Bupati Soeprapto untuk menjd pembantu Bupati pada era Tahun 60an dibidnag Kesehatan
Pencetus Manaqib Kubro Syech Abdul Qodir Jailani di Jawa Timur.
Dalam bidang keThoriqohan,Mbah Chayat dikenal sebag pencetus Manaqib Kubro Syech Abdul Qodir Jailani di Jawa Timur,bahkan Perhelatan yg digelar di Pusat Kota Nganjuk dihadiri puluhan ribu jamaah yg berasal dari wilayah Jawa Timur.meski dihadiri banyak massa,ketertiban dan keamanan acara mampu dikendalikan dan dikondisikan karena selain dekat dg para tokoh Agama.mbah Chayat juga disegani oleh kalangan pelaku kejahatan jalanan yg jg ikut mengamankan jalannya acara terbesar di Jawa Timur.

Rujukan Bathsul Masail NU
Sosok Mbah Chayat selalu hadir dan menjadi magnet yang dittuunggu2 dalam setiap perhelatan Bathsul Masail NU tingkat Pusat.dengan kemampuan dan kecerdasan beliau dlm memahami Ilmu Fiqh,disaat trjadi kebuntuan dlm pengambilan keputusan dlm sidang bathsul masail yg pernah terjdi di Komplek Wisata Religi Ampel Surabay,dengan mudah mbah Cchayat memyampaikan demgan detail rujukan2 baik dari Al Quran dan Hadits dari Nomor,Halaman bahkan posisi rujukan itu ditemukan.
Meski mendapat perhatian lebih dlm keilmuan dlm bathsul masail,mbah chayat kdang tidak menampakkn diri secara terbuka justru berada diantara para jamaah atau peserta yang hadir.

Sahabat Dekat dan Baiat Nabi Khidir As bersama Mbah Hamid Pasuruan

Saat berada di Pondok Pesantren Wilayah Kasingan Rembang Jawa Tengah,mbah Chayat bersahabat dekat dg Ulama yg dikenal dg keWaliannya yaitu KH.Abdul Hamid Pasuruan.dalam masa memperdalam keilmuan di Rembang, dua sahabat dekat ini juga mendapat bimbingan spiritual khusus dari Nabi Khidir As di Laut Wilayah Rembang.sehingga hikayat dan kisah2 Kyai Hamid/mbah Hamid ini memilki kemiripan2 dengan yg dialami oleh Mbah chayat.
Kedekatan dalam persahabatan antara mbah Chayat dan Mbah Hamid terjalin hingga akhir hayatnya,dimana berdasarkan penuturan langsung sang menantu KH Khunain,dengan terisak menyampaikan 4 hari sebelum Wafat,Mbah Hamid hadir dan pamit secara langsung dlm 1malam meski dg jarak wilayah yg sangat jauh dan mengabarkan bahwa tidak lama lagi dirinya akan menghadap sang pencipta.

Demikian sebuah kisah Ulama dan Kewalian yang disandang Tokoh Kelahiran Kabupaten Nganjuk yang tidak hanya memilki sumbngsih d bidang agama,sosial,pendidikan,pemerintahan dlm kehidupan berbangsa dan berbnegara namun juga memliki kepribadian yang bersahaja,sederhana dan sabar meski kemashurannya tidak hanya diwilayah Nganjuk dan Indonesia namun juga dikenal di berbagai Negara d dunia.