ISNU PACIRAN GELAR HALAQOH KEBANGSAAN

Lamongan-menaramadinah.com : Pimpinan Anak Cabang (PAC – kepengurusan level kecamatan) Ikatan Sarjana NU Paciran kembali menggelar diskusi / halaqoh kebangsaan (10/5) bersama KH. Yahya Kholil Staquf (Katib Am PBNU) di Ponpes Maslakul Huda Dengok, Paciran, Lamongan.

Dalam diskusi yang diikuti peserta delegasi dari PCNU Lamongan, PCNU Babat, PCNU Tuban, PCNU Gresik, dan PCNU Surabaya itu Gus Yahya memaparkan tema diskusi “Upaya Strategis NU Dalam Upaya Meneguhkan Peradaban Untuk Peradaban Dunia.”

Diskusi dimoderatori oleh K. Biin Abdussalam.
Mengawali diskusi sore itu Gus Yahya menyampaikan kesejarahan berdirinya NU di tengah perubahan global yang luar biasa. Baginya publik telah dikenalkan dengan konsep Islam Rahmatan Lil Alamin, kemudian konsep Islam Nusantara.

Menurut sejarahnya NU diawali berdirinya Taswirul Afkar, lalu Nahdlatut Tujar, kemudian Nahdlatut Wathon, baru pada tahun 1926 dibentuklah Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya oleh KH. Hasyim Asy’ari bersama KH. Wahab Hasbullah dan KH. Bisri Syansuri.

Secara teologis NU berdiri karena didasari keresahan KH. Hasyim Asy’ari atas ditentangnya amaliyah ulama tradisional oleh ulama modern. Kemudian beliau konsultasi kepada Kyai Kholil Bangkalan. Dan mendapat jawaban secara isyarah dengan Q.S. At-Taubah : 32 yang semakin memantapkan para ulama tradisional untuk mendirikan Jam’iyah NU.

Secara historis global, berdirinya NU juga dipengaruhi runtuhnya Imperium Turki Usmani yang mempengaruhi peradaban kaum muslim saat itu. Lebih lanjut, Gus Yahya mengibaratkan keberadaan NU itu ibarat lampu penerang dan bahkan seperti bintang kejora.

Selain itu, hendaknya NU bisa bersifat universal dan berkhidmah secara inklusif. Dalam perkembangannya, NU harus dikelola dengan kemandirian dan tetap bekerjasama dengan pihak lain secara bermartabat. NU diharapkan bisa menjadi Jam’iyah Diniyah Ijtima’iyah.

Dan NU dapat menjadi wasilah tetap berpendarnya cahaya illahi. Di akhir ceramahnya, Gus Yahya juga menyampaikan wasiat dari Habib Zen bin Smith agar kita hendaknya tetap beriktiar dan tetap brrdzikir.

Diskusi lalu dilanjutkan dengan tanya jawab. Ada 2 penanya. Penanya pertama dari PCNU Gresik yang menanyakan tentang konferensi NU di tengah masa pandemi. Lalu, dijawab bahwa konferensi NU bisa digelar dengan izin dari Satgas Covid-19 setempat. Sedang penanya kedua dari PC Fatayat NU Babat tentang murahnya hasil panen beras para petani pasca musim panen dan kelanjutan program pendamping simtani yang ditawarkan pada saat kampanye Pilpres lalu.

Dengan lugas Gus Yahya menjawab bahwa hal itu bukan kapasitasnya untuk menjawabnya. Diskusi sore itu berakhir, dan peserta bergegas meninggalkan ponpes itu. (Ried).