ISNU PACIRAN GELAR WORKSHOP ANTISIPASI KEMISKINAN DI MASA PANDEMI

Lamongan -menaramadinah.com : Pimpinan Anak Cabang ISNU (Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama) Paciran, Lamongan menggelar workshop antisipasi kemiskinan di masa pandemi (4/4) di Hall Tanjung Kodok Beach Resot (TKBR) Paciran, Lamongan.

Acara pagi itu dihadiri puluhan pemdes dan Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) se-Jawa Timur. Acara juga dihadiri Pengurus MWC NU Paciran, Banom NU Anak Cabang Paciran, PC ISNU Lamongan, dan NABASA Jatim Institut.

Dalam sambutannya, Khoirul Huda, Ketua PAC ISNU Paciran menyampaikan bahwa even hari itu digelar dalam rangka khidmah para sarjana NU kepada masyarakat, terutama merespon problem di masyarakat tentang pengelolaan sampah.

Menjelang siang acara dilanjutkan workshop dengan moderator Ispandoyo. Narasumber yang pertama disampaikan Ibu Endah Binawati, Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Desa Dinas PMD Provinsi Jatim. Diawal presentasinya beliau menghimbau kepada semua peserta workshop agar tetap mematuhi protokol kesehatan.

Lebih lanjut, beliau memaparkan bahwa angka kemiskinan di Jawa Timur secara nasional masih berada di angka 11,46 %. Hal itu, menjadi konsentrasi penuh Gubernur Jawa Timur untuk mengantisipasinya dengan berbagai program ekonomi desa. Sehingga diharapkan nantinya Jawa Timur akan terbebas dari desa tertinggal yang kini masih menyisakan 4 desa tertinggal.

Narasumber yang kedua adalah Bapak Herman Pandu Yudha, seorang praktisi herbal dan penemu mesin pengolah sampah dari Malang. Beliau memapaparkan hasil eksperimennya yang mampu membuat minumal herbal sari kelor (moringa oliefera) yang dibagikan secara cuma-cuma kepada peserta workshop. Pada awal eksperimennya beliau konsultasi kepada KH. Marzuki Mustamar tentang proses fermentasi ramuan herbalnya yang masih menggunakan alkohol. Karena keharaman penggunaan alkohol, beliau lalu melanjutkan eksperimennya dan didapati hasil tanaman herbal kelor yang tidak membutuhkan alkohol dalam proses fermentasinya.

Ramuan herbal kelor kini telah dikemas dalam kemasan cantik dengan khasiat yang masih terjaga. Dia menawarkan kepada peserta workshop untuk menjadi agen pemasaran produk herbal tersebut. Juga mengajak para pegiat Bumdes untuk mengembangkan tanaman kelor dan melati untuk bahan produk herbal yang dapat mendongkrak perekonomian desa dalam upaya antisipasi kemiskinan.

Lebih lanjut, beliau memaparkan temuannya tentang mesin pemisah dan pengolah sampah yang dapat dipakai di pedesaan. Diakhir workshop terdapat 7 peserta yang bertanya kepada kedua narasumber dan dijawab dengan lugas. Acara diakhiri jelang sore dengan foto bersama dan ramah tamah. (Ried).