Ekspedisi KPSN Ke Situs Ngluyu dan Gondang Sebagai Wahana Pengenalan Sejarah

Nganjuk . MenaraMadinah.Com. ”Jangan sekali- kali melupakan sejarah,” ungkapan populer Proklamator Ir. Soekarno tersebut telah mengilhami Komunitas Pemerhati Sejarah Nganjuk ( KPSN) untuk selalu ikut serta melestarikan peninggalan bersejarah di wilayah Kabupaten Nganjuk, mencari temuan baru, lalu melakukan pendataan.

Minggu 21 Maret 2021 ,sejumlah 18 anggota KPSN dari lintas profesi mengadakan ekspedisi dengan tujuan makam Mbah Gedong di Ngluyu, prasasti raksasa dengan ketinggian 210 cm, sendang watu yang berair jernih, punden Loh Sari, makam Bupati Rajegwesi , dan makam Ki Ageng Keniten di daerah Karangsemi Kecamatan Gondang.

” Semua tempat yang kami kunjungi adalah objek- objek sejarah yang menarik dan harus dilestarikan eksistensinya. Dengan ekspedisi ini, kami bisa mengenal dan melihat langsung peninggalan bersejarah yang ada di Bumi Anjuk Ladang ,” urai Ujang Wilwatikta selaku founder dan ketua KPSN dari Kertosono.

Penggemar batu akik dan wisata kuliner tersebut menambahkan bahwa acara blusukan sejarah atau ekspedisi merupakan agenda rutin dari KPSN. ”

Kegiatan kunjungan ke berbagai lokasi sejarah di Nganjuk adalah program rutin kami 1 kali dalam sebulan. Hal ini bertujuan pula sebagai wahana belajar sejarah, khususnya bagi para anggota KPSN. Mempelajari sejarah tidaklah cukup hanya dengan membaca buku- buku referensi , tetapi akan lebih berkesan dan efektif jika disertai dengan kunjungan ke situs sejarah, ” pungkasnya.

Mengenai makam Ki Ageng Keniten Karangsemi Gondang yang menjadi destinasi terakhir blusukan sejarah KPSN ( 21/3/2021) , diperoleh informasi dari juru kunci Mbah Wagiran bahwa dia adalah seorang senopati dari Kerajaan Mataram Islam yang terkenal kesaktiannya dan ahli dalam bidang pengobatan orang sakit.

Karena kemahirannya dalam olah kanuragan, banyak pemuda kampung yang belajar ilmu bela diri dari sang senopati.

Kedatangan senopati ke wilayah tersebut atas perintah dari pihak Kerajaan Mataram Islam guna mengatasi maraknya perampokan ,pembegalan ,dan wabah penyakit yang melanda di wilayah itu. Sang senopati dinilai mampu menjalankan tugasnya dengan baik, meskipun pada akhirnya tidak mau kembali ke Mataram sebab dia memilih untuk tinggal di desa itu hingga akhir hidupnya.

Tiap tahun , masyarakat Desa Karangsemi mengadakan acara nyadran atau bersih desa , tepatnya pada Jum’at Pahing di bulan besar dalam penanggalan Jawa di kawasan maqbaroh Ki Ageng Keniten atau senopati Mataram yang rindang dan sejuk. **Bro- J**( 22032021)