GURU ITU BAK PETANI

Oleh : Mochammad Rifai.
Guru melayani murid-muridnya itu bak petani merawat tanaman, kata seorang pegiat sosial, juga politisi kelas ‘ecek-ecek’ asal desa Jambewangi, Banyuwangi. Tanah diolah; dibajak, dilunakkan, diairi, kemudian ditanam bibit padi, jagung, semangka atau tanaman lainnya. Satu persatu tanaman itu dipandang, diawasi, diperhatikan pertumbuhannya dari hari ke hari. Dengan rasa penuh kasih sayang dan telaten, tanaman itu dirawat; dipupuk, diairi dan dilindungi dari berbagai macam hama dan penggangu lainnya, agar tumbuh normal dan menghasilkan buah yang bagus, berlipat dan bermutu. Kalaulah hasil pertanian itu bagus, berlipat, bermutu dan dijual menjadi laku mahal, maka siapa yang paling beruntung? Tentu Petani.
Umumnya petani senang kalau ada hujan. Bahkan hujan adalah yang ditunggu-tunggu petani agar tanamannya terairi dengan cukup. Dengan hujan itu, tanaman diharapkan kembali segar dan subur. Terus siapakah kita, jika datang hujan kemudian menunjukkan sikap bersedih bahkan ‘ngomel’ karena rencana rekreasi yang sudah dirancang terancam dibatalkan? Cerita lain, kalau kita sedang sakit kemudian memutuskan pergi ke rumah sakit atau ke dokter pribadi dan mendapatkan layanan dokter sehingga sehat dari sakitnya, siapakah seharusnya yang dibayar mahal? Atau Anda sedang punya masalah hukum, meminta bantuan kepada seorang pengacara, pernahkah terlintas di pikiran Anda bahwa bukankah petani itu yang harus dibayar mahal?
Kepala SMA 1 Glenmore, Banyuwangi