Seminar “Dukun untuk Perdamaian Dunia” hanya Sensasi Saja

Banyuwangi, Menara Madinah.com-Dunia dukun identik dengan mistik, klenik, hal yang tidak logis. Bahkan dukun juga masuk kategori perilaku sihir, suwuk, mantra-mantra, ritual ghaib, dll.

Lazim di negara belum maju, masyarakat tradisional jauh dari jamahan teknologi. Seperti itu kata pendahuluan tokoh pendidikan formal M. Rifai yang juga seorang kepala SMA Negeri di Banyuwangi.

Selanjutnya Kasek yang suka berfikir beda itu tidak tertarik dengan kegiatan itu sekalipun bertajuk seminar internasional “Dukun untuk Perdamaian Dunia”.

Di mana relevansi antara dunia perdukunan dengan perdamaian dunia? Aneh. Pemikiran yang sulit untuk dipertimbangkan di dunia pendidikan, yang biasa berurusan dengan hal-hal yang ilmiah dan terukur, cetusnya.
Hari ini kalau memang ada kelebihan energi bisa dialihkan ke bagaimana menggali potensi energi alternatif untuk menggantikan energi BBM.

Atau kegiatan lain yang sedang dibutuhkan masyarakat. Ormas-ormas kepemudaan harus menjadi pelopor hal-hal yang dinamis, kekinian dan bernilai pragmatis yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Misalnya mengedukasi masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, mengelola sampah menjadi barang bermanfaat, menumbuhkan ekonomi kreatif berbasis pertanian, industri rumah tangga, dll.

Kesannya hanya untuk mencari panggung. Sensasi saja, targetnya tidak jelas, kata Kasek asal Genteng itu dan putra pejuang kemerdekaan asal Banyuwangi.

“Banyuwangi jangan lagi dihubung-hubungkan dengan potensi perdukunan dengan produk-produknya, ujar sarjana jebolan FKIP Sejarah UJ itu.
Husnu Mufid, Jurnalis Merana Madinah.com