Penguasa Cina Muslim Pendiri Masjid Besar Besuki

 

: ngablak isuk Mashuri Alhamdulillah.

Tanah di Besuki pernah digadaikan pemerintah kolonial Belanda kepada Tionghoa—Muslim dari Surabaya, bernama Han Boei Sing sejak 1770. Han Boei Sing pun mengangkat seorang pejabat sebagai wakilnya di Besuki, setingkat Ronggo. Ronggo adalah nama sebuah jabatan dalam susunan pemerintahan afdeeling pada masa Hindia Belanda. Seperti ngablak sudah-sudah, tanah Basuki baru dapat ditebus ketika Belanda digantikan Inggris memerintah Hindia Belanda pada 1813 M. Sebuah waktu yang tidak singkat, 43 tahun. Bahkan, tercatat enam Ronggo pernah menjabat di Besuki.

Pertama, Ronggo Suropernolo. Bernama asli Han Hing Sin. Berganti Muksin ketika ia memeluk Islam. Awalnya, ia adalah Ronggo di Bangil, yang kemudian menjabat Ronggo Besuki hingga 1772 M. Berdasarkan tulisan Eyang Onghokham, saya pernah menelusuri sejarah Muhsin mulai dari menjadi ronggo di Bangil, Panarukan dan Besuki. Dalam tulisan kononial, nama ronggo di depannya sering dikelirukan dengan Rambo. Ehm!

Kedua adalah Ronggo Suroprawito, biasa disapa Baba Sam, mengambil dari nama tuanya yang sudah dijawakan Sumodiwiryo. Merupakan menantu Ronggo Suropernolo. Ia enjadi Ronggo di Besuki antara 1772—1776 M. Ketiga, Baba Panjunan. Ia adalah anak kedua dari Kan Tjin Sing, saudara Han Hing Sin (Ronggo Suropernolo). Diangkat menjadi Ronggo Besuki pada 1776. Ia menduduki jabatan itu sangat singkat kemudian diangkat menjadi patih di Bangil.

Keempat, Suro Adiwikromo, biasa disebut Baba Midun. Putra pertama Kan Tjin Sing. Menjadi Ronggo Besuki pada 1776—1794. Pada tahun 1794, ia diangkat menjadi Tumenggung di Puger. Baba Midun menjadi Ronggo Besuki cukup lama. Peninggalannya hingga kini masih bisa dilihat di Besuki. Diantaranya Gedung Eks Karesidenan Besuki yang dibangun pada masanya dan rampung pada 27 Februari 1805. Menara Masjid Besar Baiturrahman Besuki, di sebelah barat alun-alun, yang dibangun pada zamannya dan selesai pada 10 Rajab 1216 h/16 Nopember 1801, ketika yang menjadi ronggo di Besuki adalah pengganti Baba Midun. Baba Midun wafat dan dimakamkan di Besuki, di belakang Masjid Besar Besuki.

Kelima, adalah Suro Adiwijoyo, disebut Baba Padang. Ia menjabat sebagai ronggo pada 1794 dan tidak lama. Bersama Baba Midun, yang menjadi Tumenggung Poeger, ia menyelesaikan Menara Masjid Besuki. Ia juga dimakamkan di belakang Masjid Besar Besuki.

Keenam adalah Ronggo Prawiro Adiwijoyo. Disebut pula dengan Baba Panderman atau Baba Mantu, karena ia masih menantu Ronggo Suro Adiwijoyo. Ia menjadi Ronggo di Besuki pada 1794—1804, dan turut meneruskan pembangunan di Besuki yang dirintis oleh Babah Midun.

Sayangnya, beberapa kali saya blusukan ke Besuki, dan selalu kesulitan untuk berziarah ke makam beberapa ronggo Besuki yang dmakamkan di belakang masjid Besuki karena pagarnya terlalu rapat dan penjaganya ‘selalu’ saja tidak ada. Belum jodoh kali ye! Ehm!

MA
On Siwalanpanji, 2021
Ilustrasi Menara Masjid Besuki Jadul (ramban Google) dan beberapa tahun lalu sebelum direnovasi (jepretan sendiri)