Rahasia Ajaran Sunan Sendang Duwur

 

: catatan ngablak Mashuri Alhamdulillah.

Kompleks makam Sunan Sendang, di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur, sejak dulu menjadi magnit bagi para sejarawan, arkeolog, antropolog, agamawan, dan tentu saja tukang ngablak plus klayapan seperti saya. Terhitung, sudah tiga kali saya ke sana. Namun, tidak ada bosan-bosannya.

Memang, segalanya belum terkuak, terutama terkait dengan kiblat Sunan Sendang dalam urusan yang berbau ‘dalaman’. Hal itu mengingat adanya cerita tutur di sana yang menunjukkan ada yang berbeda antara Sunan Drajat dan Sunan Sendang meskipun lokasi pusat persebaran ajaran keduanya sepelemparan batu dan itu dibuktikan dengan keberadaan makamnya.

Cerita tutur itu sangat simbolis. Konon, dalam mengambil buah kelapa, Sunan Drajat menepuk batangnya, sehingga semua buah jatuh ke tanah. Sementara itu, Sunan Sendang dengan cara menepuk batangnya dan batang itu merendah sehingga yang bersangkutan dapat memilih buah yang diinginkan. Tentu, dalam cerita itu bukan menyoal kalah dan menang, tetapi hanya sebuah strategi berdasarkan ajarannya.

Ajaran Sunan Drajat sudah mashur. Diantaranya adalah empat wejangan beliau yang kondang, yaitu memberi makan orang lapar, memberi pakaian pada orang telanjang, memberi tongkat pada orang buta, dan memberi payung pada orang yang kehujanan. Kira-kira seperti itu. Maaf, bila ada yang kurang pas.

Namun, ajaran Sunan Sendang masih banyak yang tersembunyi. Sebagaimata kata kawan Yoks Kalacakra bahwa dari relief di kompleks makam Sunan Sendang sebenarnya terdapat simpul kunci yang belum terurai. Sayangnya, saya belum mampu menemukan simpul itu, meskipun saya sudah berusaha melacak ke beberapa hasil penelitian tentang arkeologi dan sejarah kompleks cagar budaya Sendang Duwur. Kiranya, perlu pelacakan dengan pendekatan yang lain.

Gitu dulu.

MA
On Siwalananji, 2021
Ilustrasi jepretan sendiri.