Zaid Bin Tsabit, Hati yang Bersarang Al-Qur’an

Oleh : Putri Rahma Aulia.

Zaid bin Tsabit memiliki nama lengkap Zaid bin Tsabit bin Adh-Dhahak Al-Anshari. Beliau memilki gelar “Jami’ Al-Qur’an Al-Karim”. Ayah beliau wafat saat Perang Bu’ats saat Zaid bin Tsabit berusia enam tahun. Kemudian, ibu beliau bernama Nuwar binti Malik. Ketika Rasulullah saw. hijrah ke Madinah Zaid bin Tsabit berusia 11 tahun dan pada saat itulah Zaid bin Tsabit masuk Islam beserta keluarga. Rasulullah saw. pun mendoakan dirinya dan keluarganya agar diberi keberkahan oleh Allah swt. Saat Zaid bin Tsabit berusia 13 tahun, kala itu terjadi sebuah perang. Hal ini tidak membuat Zaid bin Tsabit untuk berdiam diri. Beliau kemudian menemui Rasulullah saw. dengan membawa sebuah pedang yang panjangnya melebihi dari tinggi badannya. Beliau meminta izin kepada Rasulullah untuk ikut berperang. Zaid berkata dengan tegas, “Aku bersedia syahid untuk engkau wahai Rasulullah. Izinkan aku pergi berjihad bersama engkau untuk memerangi musuh Allah di bawah panji-panji engkau.” Segala cara telah dilakukan oleh Zaid untuk membujuk Raslullah saw. Mulai dari cara membujuk dengan lisan, air mata, sampai dengan menunjukkan otot-ototnya. Namun, Rasulullah saw tetap tidak mengizinkan Zaid bin Tsabit untuk ikut berperang dikarenakan masih sangat belia dan terlalu kecil tubuh Zaid untuk ikut berperang. Dengan rasa bangga, haru dan takjub Rasulullah saw. menepuk-nepukkan bahunya sekaligus menghibunya dengan berjanji untuk mengajak berperang dikemudian hari.
Zaid bin Tsabit r.a memikirkan perjuangan lain untuk menunjukkan kecintaannya terhadap Islam yang tidak dibatasi oleh usia. Kemudian, beliau memilih untuk menghafal dan mempelajari dengan baik isi dari Al-Qur’an. Dengan dukungan dari ibunda Zaid, Nuwar bin Malik, Zaid pun sudah menghafal sebanyak 17 Surat dalam Al-Qur’an. Zaid bin Tsabit pun menemui Rasulullah saw. untuk memberitahukan kelebihan Zaid dalam menghafal Al-Qur’an dan kemampuannya dalam menulis dan membaca bahasa Arab. Zaid bin Tsabit mengatakan, ”Aku dipertemukan dengan Nabi saat beliau di Madinah. Ada yang mengatakan ,’Ini adalah anak dari Bani Najjar. Ia telah menghafal 17 surat’. Lalu, Zaid mempraktekkan yang dimintai oleh Nabi Muhammad saw. Rasulullah kagum dengan kelebihan yang dimiliki oleh Zaid bin Tsabit dalam membaca Al-Qur’an dengan jelas dan indah. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh banyak orang pada saat itu. Kemudian Rasulullah saw. berkata, “Pelajarilah bahasa Yahudi (bahasa Ibrani). Sesungguhnya aku tidak bisa membuat mereka beriman dengan kitabku”. Dengan mendengar permintaan Rasululullah saw. untuk mempelajari bahasa Ibrani, Zaid pun memenuhi permintaan Rasulullah saw. Dalam rentang waktu yang tidak lama, Zaid bin Tsabit sudah mahir dalam berbahasa Ibrani. Karena kemahirannya ini, Zaid dijadikan sebagai penerjemah Rasulullah saw. dengan usia yang masih belia, Zaid sudah menjadi orang kepercayaan Rasulullah saw. Zaid menjadi sekretaris pribadi Nabi Muhammad saw.
Pada saat terjadi Perang Yamamah, perang menghadapi nabi palsu (Musailimah Al-Kadzab), banyak sekali korban yang gugur dalam perang tersebut. Termasuk 70 penghafal Al-Qur’an gugur dalam perang tersebut. Lalu, Umar bin Khattab mempunyai ide untuk segera membukukan Al-Qur’an yang disampaikan kepada Abu Bakar As-Siddiq. Kemudian, Abu Bakar As-Siddiq melakukan istikharah mengenai hal ini. Melalui istikharah yang dilakukan oleh Abu Bakar dan musyawarah kepada para sahabat, maka ide dari Umar bin Khattab disetujui oleh Abu Bakar. Lalu Abu Bakar berkata kepada Zaid, “Sesungguhnya engkau adalah pemuda yang cerdas. Aku akan memberimu tugas penting..”.Abu Bakar As-Siddiq menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai orang yang mengumpulkan mushaf-mushaf Al-Qur’an menjadi satu dalam kitab Al-Qur’an. Dengan kecerdasan yang Zaid bin Tsabit miliki, ia menyatukan Al-Qur’an menjadi sebuah kitab dengan sangat hati-hati dan teliti. Amanah besar ini dapat terlaksana tak luput dari taufik yang diberikan oleh Allah swt kepada Zaid bin Tsabit.
Setelah selasai dibukukan, Zaid bin Tsabit menyerahkannya kepada Abu Bakar As-Siddiq. Karena sangat dalamnya ilmu yang dimilki oleh Zaid bin Tsabit, maka Zaid bin Tsabit ditunjuk sebagai Penasihat Umat Islam kala itu. Jika ada suatu masalah dalam kehidupan para umat, mereka bertanya hal tersebut kepada Zaid. Termasuk mengenai hukum Islam. Kesedihan yang sangat mendalam bagi umat Islam saat Zaid bin Tsabit meninggal dunia pada tahun 45 Hijriah di Madinah. Saat hari wafatnya Zaid bin Tsabit, Abu Hurairah berkata, “Pada hari ini telah wafat tintanya umat ini. Semoga Allah menjadikan Ibnu Abbas penggantinya.” Zaid bin Tsabit menjadi salah seorang yang sangat berjasa bagi mereka. Zaid bin Tsabit meninggalkan seorang anak yang bernama Khorijah bin Zaid seorang tabi’in yang sangat berpengaruh dan ia juga seorang ahli fiqih.
Sumber:
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/18/01/04/p20xle313-rasulullah-puji-hafalan-alquran-zaid-bin-tsabit

Zaid Bin Tsabit Sang Penerjemah Rasulullah

Kecintaan Zaid bin Tsabit kepada Al Qur’an

BIODATA DIRI

Nama : Putri Rahma Aulia
Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 21 Juli 2001
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Alamat : Ragom Mufakat II Blok F No. 5, Kalianda, Lampung Selatan, Lampung
Institusi : UIN Sunan Ampel Surabaya
Pekerjaan : Mahasiswa
Prodi : Ekonomi Syariah
Semester : 3
Telepon : 081363830481
Nomer WA : 081363830481
Email : putrirahmaa864@gmail.com
Instagram : @ptrrahmaaulia