Unesa dan Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang Merintis Produk Inovasi Sabun dan Hand Sanitizer di Masa Pandemi

SURABAYA–MENARA MADINAH.COM, Varian produk sabun dan hand sanitizer karya santri Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang (30-10-2020).

Pandemi Covid-19 telah melanda Indonesia sejak awal 2020. Penyebaran virus ini sangat cepat sampai menyebar di semua kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi sangat dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat, tak terkecuali kalangan pesantren. Jumlah pesantren yang sangat banyak akan memberikan warna tersendiri dalam melawan pandemi serta bangkit dari resesi ekonomi. Model kemandirian ekonomi telah lama ditunjukkan oleh berbagai pesantren dalam mengelola sumber daya, memproduksi, dan memasarkannya secara luas di tengah masyarakat. Kiprah ini juga telah dipraktekkan di Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang. Pesantren ini punya cara tersendiri dalam menghadapi pandemi Covid-19, khususnya dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Pengembangan berbagai variasi produk dilakukan bersama antara Unesa dan Pesantren Mambaul Ma’arif melalui produk kebutuhan sehari-hari dalam memutus mata rantai Covid-19. Produk inovatif tersebut adalah sabun dan hand sanitizer berbahan alami, aman, dan fungsional. Unesa melakukan pendampingan pemberdayaan santri dalam pembuatan sabun dan hand sanitizer dalam kemasan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Tim Unesa yang terlibat adalah para pakar terkait yaitu Prof. Dr. Sari Edi Cahyaningrum, M.Si., Dr. Mutimmatul Faidah, Dr. Warju, dan Ahmad Bashri, M.Si.

Produk sabun dan hand sanitizer selama masa pandemi menjadi primadona yang diperebutkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Namun menurut berbagai sumber bahwa banyak beredar produk yang tidak standar sesuai untuk tujuan mencegah penyebaran bakteri dan virus, khususnya Covid-19. Dr. Mutimmatul Faidah selaku ketua tim menjelaskan bahwa menurut standar pembuatan produk sabun dan hand sanitizer harus memperhatikan sisi fungsionalnya, yaitu menggunakan komposisi bahan utama tanpa ada pengurangan dalam proses pembuatannya. Prof. Sari Edi Cahyaningrum dan Ahmad Bashri yang berasal dari bidang kimia dan biologi juga menambahkan bahwa idealnya kandungan alkohol dalam bahan sabun dan hand sanitizer dipertahankan antara 60-70% agar fungsi untuk membunuh bakteri dan virus berbahaya tetap berfungsi.

Pengembangan produk sabun dan hand sanitizer belum pernah diberitakan telah dilakukan oleh satupun pesantren di Jatim. Oleh karena itu, pemberdayaan Unesa kepada para santri Mambaul Ma’arif akan menjadi terobosan pertama di lingkungan pesantren. “Kami ingin pesantren dan para santrinya punya kebanggaan tersendiri dimana tidak hanya dikenal dengan keahlian urusan agama saja, namun memiliki keterampilan membuat produk sabun dan hand sanitizer” tutur Gus Afif selaku salah satu pengasuh Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar kepada Menara Madinah.com (30-10-2019).

Ciri khas produk inovatif sabun dan hand sanitizer karya santri di bawah binaan tim Unesa adalah berbahan alami dan lembut di kulit. Perhatian akan keamanan bahan bagi pengguna dan lingkungan menjadi perhatian utama karena setelah produk ini nanti diproduksi massal dan dilepas di masyarakat tidak memunculkan masalah baru yang sering dilupakan oleh produsen kedua produk tersebut, khususnya produsen yang hanya mengejar keuntungan semata. Hand sanitizer merupakan produk yang masih diburu oleh masyarakat luas sebagai bagian tidak terpisahkan dalam tatanan new normal. Inovasi dalam komposisi bahan dan kemasan akan menjadi tantangan bagi para produsen. Kegiatan pemberdayaan ini sangat tepat dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

“Konsepnya begini, ada tiga tahapan yang mesti dilakukan dalam pemberdayaan ini. Pertama, pemahaman dan pengetahuan tentang bahan dasar dan keamanannya. Kedua, bagaimana memproduksinya dengan hasil yang bervariasi dan kemasan/labelling yang menarik. Ketiga dan sangat ditekankan adalah keberlangsungan manajemen pemasaran produk agar kegiatan ini tidak berhenti sekedar pengetahuan dasar dan keterampilan memproduksinya saja” ungkap bu Ida (panggilan Dr. Mutimmatul Faidah) secara meyakinkan.

Ungkapan serupa juga disampaikan Dr. Warju kepada MenaraMadinah.com bahwa selama ini ada banyak orang yang mampu memproduksi sabun, namun tidak mampu membuat terobosan variasi bentuk, aroma, dan khasiat tertentu. Misal, untuk kalangan remaja dibutuhkan warna yang mencolok dan khasiat dalam menghilangkan jerawat. Selain itu, keamanan terhadap kulit yang sensitif juga perlu diperhatikan agar konsumen nantinya tidak merasa kapok setelah menggunakan produk kami. Prinsipnya bahwa sekali saja konsumen dirugikan akan berdampak penolakan selamanya pada varian produk lainnya.

“Hari ini adalah kehadiran kami yang kedua di pesantren ini untuk memperkuat peran tridarma perguruan tinggi. Kampus harus hadir di tengah masyarakat, khususnya di pesantren sebagai wajah asli Islam di Indonesia” Ujar Prof. Sari. “Kami semua hadir di sini dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan semata-mata berangkat dengan niat mencari ridlo Allah SWT agar usaha antara Unesa dengan Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar Jombang bisa berjalan sampai pemasaran produk. Kami akan hadir kembali ke pesantren ini untuk proses manajemen pemasarannya” imbuh Ahmad Bashri (Menara Madinah/Cak Bas)