Rahasia Dibalik Perang Kedondong di Cirebon melawan Penjajah Belanda

Oleh : H. Sujaya.

Menurut budayawan Cirebon R. Muhamad Muklas, SE perang Kedongdong itu terjadi sekitar tahun 1802 M.-1818 M. sebelum terjadi perang Diponegoro, yaitu pertempuran Pasukan Santri melawan Belanda yang dipimpin oleh PR. Amiril Mukminin.
Namun menurut KH. Noufal putra KH. fuad Hasyim bahwa latar belakangi terjadinya perang Kedongdong itu setelah Sultan Matangaji (Raja Kasepuhan Ke-5) diekselusi mati pada tahun 1773 M. oleh Belanda akibat penghianatan dalam Keraton Kasepuhan, Sultan Matangaji berkuasa mulai tahun 1753 M.-1773 M. Kemudian diaganti oleh putranya sultan Hasanudin (K.Salbiyyah) sebagai Raja Kasepuhan Ke-6, namun tidak lama beliau keluar dari Keraton dan mendirikan Pesantran di Lontang Jaya, maka sejak saat itu Keraton dikuasai oleh Belanda dan terjadi gejolak politik (Sejarah Peteng), karena Belanda mengangajat Sultan Hasanudin Ke-6 yang baru sebagai tandingan, namun tidak mendapat simpatik rakyat dan pejabat Keraton.
Dan menurut R. Heru Rusyamsi Arianatadiredja Ketua Yayasan Sentana Kesultanan Cirebon (SKC) bahwa Sultan Hasanudin Ke-6 hasil pengangakatan Belanda itu seorang abdi dalam Keraton Kasepuhan bernama Ki Muda yang melakukan kudeta terhadap Sultan sepuh Matangaji yang mendapat dukungan dari Belanda.
Maka untuk memuluskan tujuannya pada Tgl.18 Juli 1818 M. Residen Servatius berencana menangkap Sultan Hasanudin (K. Salbiyyah) yang berada di Pesantren Lontang Jaya, namun rencana tersebut diketahui oleh Keponakannya PR. Amiril Mukminin, maka beliau menyampaikan kepada Sultan Hasanudin (K. Salbiyyah) yang berada di Pesantren Lontang Jaya, kemudian Sultan Hasanudin (K. Salbiyyah) meminta bantuan para Kiai dan para Santri yang berada di Pesantren Babakan Ciwaringin, Pesantren Kempek, Pesantren Balerante, Pesantren Cikalahang, Pesantren Benda Kerep dan Pesantren Buntet, maka para Kiai dan para santri turun untuk menghadang pasukan Belanda di Desa Kedongdong, sehingga terjadi perang yang mengakibatkan Belanda kalah dan menderita kerugian yang besar.
Namun menurut PH. Van Der Kemp bahwa Letkol Tacts dengan beslit Tgl. 8 Pebruari 1818 diperintah agar tidak mengumumkan dan tidak mengirimkan berita kekalahan ini kepada Kapten Elout dan Letnan Barneman dan sebagai penggantinya diperintah mengungumkan keberhasilannya memadamkan pemberontakan di Maluku, sehingga peristiwa perang Kedongdong ini tidak tercatat dalam sejarah di Indonesia akibat penghianatan dalam Keraton Cirebon.
Jangan sekali-kali melupakan sejarah (JasMerah). Merdeka.