Ziarah Makam Pejuang Buruh Marsinah

Nganjuk.MenaraMadinah.com,Menapaki pekan kedua September 2020,jurnalis citizen media online ini mengadakan ziarah kubur di makam Marsinah ,seorang pejuang buruh yang ditemukan tak bernyawa di daerah Jegong,Wilangan,Nganjuk pada 8 Mei 1993.


Letak makam Marsinah mudah dijangkau ,baik lewat jalur selatan (Jl.Raya Surabaya-Madiun) maupun jalur utara(Ngrengket dan Bagor Wetan) ,posisinya persis di sebelah utara jalan tol ,termasuk wilayah Desa Nglundo,Sukomoro,Nganjuk.
Tempat pemakaman Marsinah yang lahir 10 April 1969 berada di sebuah pemakaman umum yang dilengkapi toilet dan tempat wudhlu,sekelilingnya adalah persawahan penduduk .Disana tidak ada juru kunci atau petugas khusus yang mengurusi makam.Namun bila kita kesana,kita akan mudah menemukan makamnya yang sangat ramai menjelang peringatan Hari Buruh Sedunia 1 Mei( May Day) dimana banyak organisasi buruh dan tokoh pejabat daerah datang untuk berziarah kubur.Di sisi selatan pagar makamnya diberi foto cukup besar sebagai petunjuk agar pengunjung tahu makamnya dan untuk mengenang perjuangannya.
Kilas Balik Marsinah
Dia adalah seorang aktivis buruh yang bekerja di PT.Catur Putra Surya(CPS) Porong,Sidoarjo,Jatim yang memproduksi jam tangan.
Dia dikenal karena aksi vokal dan kritisnya yang menuntut kesejahteraan bagi pekerja pabrik khususnya mengenai Upah Minimum Regional(UMR),fasilitas kerja,cuti hamil dan upah lembur.Saat itu,ia yang gigih dan gemar membaca terlibat aktif dalam aksi demonstrasi dan mogok kerja pada 3-4 Mei 1993 dengan memimpin 150 dari 200 pekerja pabrik (PT.CPS) untuk menuntut kenaikan gaji dari Rp 1.700/hari menjadi 2.250/hari.
Adik dari Marsini tersebut memiliki sikap setia kawan,ulet,pemberani dan pantang menyerah dalam memperjuangkan keadilan khususnya bagi rekan-rekannya
sesama pekerja pabrik.
Ketika Marsinah berumur 3 tahun,ibunya meninggal dunia (Sumini) ,ayahnya menikah lagi dan pindah ke desa lain.
Akhirnya Marsinah diasuh neneknya (Pu’irah) yang tinggal bersama bibinya(Sini) di Nglundo,Sukomoro.
Usai menamatkan SD di Karangsemi,ia melanjutkan ke SMPN 5 Nganjuk dan menempuh SLTA di SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk dengan ngontel(bersepeda) menuju sekolah.
Cita-citanya untuk kuliah di jurusan hukum harus kandas sebab keterbatasan ekonomi .Tetapi ia rajin menambah wawasan dengan membaca koran dan melihat berita di televisi.Dia juga pernah mengikuti kursus komputer dan Bahasa Inggris .
Marsinah melamar pekerjaan dan diterima di sebuah pabrik sepatu lalu pindah ke pabrik arloji di Rungkut,Surabaya.
Ketika pabrik dimana Marsinah bekerja membuka pabrik baru di Porong,Sidoarjo,ia ikut pula bekerja disana.
Nasib tragis ia alami setelah diculik dan mengalami penganiayaan berat berdasarkan hasil otopsi pertama dan kedua yang melibatkan Prof.Dr.Haroen Atmodirono(Kepala Bagian Forensik RS Dr.Soetomo Surabaya) dan Haryono(Pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk).
Kasus Marsinah menjadi perhatian publik di tahun 1993 hingga Organisasi Buruh Sedunia(ILO: International Labour Organization ) menjadikannya sebagai catatan khusus.
Di tanah air,Marsinah mendapatkan Yap Thiam Hien Award ,suatu penghargaan khusus bagi pejuang Hak Azasi Manusia.
Para seniman tidak mau ketinggalan memberikan apresiasi pada kasus Marsinah dan mengangkat kisahnya dalam sebuah film dan ada grup band yang membuat lagu khusus tentang Marsinah.
Tahun 2015,SMA Muhamadiyah 1 Nganjuk berkoordinasi dengan Pengurus Daerah Muhammadiyah memberinya piagam bernomor:585/KET/III.4.AU /F/2015 sebagai “Pejuang dan Pahlawan Kaum Buruh” yang diberikan ke bibi Marsinah.
(Bro-J,12092020)
**Dari berbagai sumber***