KI DARSONO PACIRAN BISA MELIPAT PEDATINYA

Lamongan – menaramadinah.com : Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Karangsawo Paciran, Lamongan menggelar pengajian agama Islam dalam rangka peringatan Haul Ki Darsono (sosok penyebar agama Islam di desa Paciran) pada malam hari (6/9). Di tengah Pandemi Covid-19 acara pengajian itu tetap memperhatikan protokol kesehatan agar tidak menjadi kluster penyebaran virus corona.


Hadir pada acara yang dihadiri 2000 massa (jamaah) dari wilayah sekitar pesantren itu, Imam Fadli, anggota DPRD Lamongan, KH. Salim Azhar, Rais Syuriyah PCNU Lamongan, dan KH. Abdul Ghoni, Rais Syuriyah MWC NU Paciran. Selain dikemas dengan pengajian agama Islam, acara itu juga dikemas dengan Lailatul Ijtima’ (pertemuan rutin bulanan Nahdliyin).
Acara malam itu, di awali dengan doa bersama (istighotsah) yang dipimpin oleh K. Minhajul Abidin, Pengasuh PPTQ Karangsawo Paciran sekaligus sebagai Rais Syuriyah NU Ranting Paciran. Dilanjutkan dengan santunan puluhan yatim-piatu dari wilayah sekitar pesantren itu. Dan ceramah pembuka oleh Al-Habib Habibi bin Anis Al-Jufri dari Pasuruan. Beliau menyampaikan tentang urgensi ibadah sholat dan amal shodaqoh bagi seorang muslim.


Imam Fadli dihadapan para jamaah berorasi menyampaikan kabar gembira bahwa pada tahun anggaran 2021 akses jalan menuju PPTQ Karangsawo Paciran akan direnovasi sehingga akses jalan itu lebih baik lagi dan bisa bermanfaat untuk santri dan jamaah. Kabar itu disambut gembira oleh santri dan jamaah.
KH. Salim Azhar, menyampaikan ceramah agama (mauidloh hasanah) tentang lima hal yang menjadi rahasia Allah, yaitu: keridloan Allah pada amal sholih, murka Allah pada kemaksiatan, turunnya lailatul qadar pada bulan Ramadhan, rangkaian ismul a’dzom dalam doa, dan keberadaan sosok waliyullah. Sosok Ki Darsono sebagai waliyullah dulunya sebagai penggembala sapi. Untuk memberi minum sapinya, beliau lalu menggali dan membuat sumur yang berbetuk kotak. Sehingga sampai sekarang banyak sumur peninggalan Ki Darsono yang masih bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.

Suatu hari Ki Darsono harus menempuh perjalanan dari Paciran ke Japanan, Pasuruan untuk berdakwah. Ada sebuah keanehan yang dilakukan Ki Darsono, dalam perjalanan itu beliau tidak pedati, tapi pedati itu malah dilipat dan dimasukkan saku beliau. Dan melanjutkan perjalanan misi dakwahnya yang berjarak puluhan kilo meter dengan menuntun sapinya dalam sekejap telah sampai ke lokasi dakwah. Itulah salah satu karomah dari Ki Darsono. Para jamaah yang menghadiri haul itu diminta untuk meminta keberkahan dan keridloan Allah.
KH. Salim Azhar dengan gaya ceramahnya disukai para jamaah, sehingga jamaah tidak beranjak dari tempat duduknya sampai acara pengajian berakhir menjelang tengah malam. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH. Abdul Ghoni dan diamini oleh para jamaah. (Ried).