PENJAMASAN PUSAKA Ageman Kanjeng Sunan Kalijaga 2020

Jowo di gowo Arab Digarab.
( Perilaku Adap & Adat Jawa sebagai cara mewujudkan SunahNya dalam kehidupan sehari hari )

Sementara itu Raden Prayitno Prawiro Kusuma Juru kunci Makam Kanjeng Sunan Kalijaga menuturkan bahwa Perjalanan prosesi Penjamasan Pusaka ini sebenarnya Upaya dan Cara Kanjeng Sunan Kalijaga yg berhasil mengkombinasikan dua budaya yang menurut beberapa orang dianggap saling bertentangan. Contohnya slametan.


Untuk memperoleh simpati orang Jawa yang sangat kental dengan budayanya, Sunan Kalijaga tidak melarang slametan bahkan beliau tetap memeliharanya dengan ber
wasiat ;
Eyang Sumare (Sunan Kalijaga) yang sesaat sebelum meninggal berpesan: “Agemanku, mbesuk yen aku wis dikeparengake sowan Ingkang Kuwaos, salehno neng dhuwur peturonku. Kejobo kuwi sawise aku kukut, agemanku jamasano” (setelah saya dipanggil Tuhan yang Mahakuasa, letakkan “ageman”ku di atas tempat tidurku. Selain itu basuhlah “agemanku”. Meskipun Sunan Kalijaga tidak secara tegas menyebut apa yang dimaksud dengan “ageman” dalam wasiatnya, anak cucunya menafsirkan kata tersebut dengan ketiga pusaka peninggalan Sunan Kalijaga, yakni Kyai Kutang Antakusuma, Kyai Crubuk dan Kyai Sirikan.

 

prosesi Penjamasan Pusaka pertama kali diadakan pada masa kepemimpinan Pangeran Widjil (abad ke-17) dan secara terus menerus dilanjutkan hingga sekarang)

Dalam kondisi wabah Pandemi Covid.19 prosesi Penjamasan Pusaka bertepatan Dengan Hari Raya Idhul Adha /10 Dzulhijah 1441 H.

 

Ritual prosesi Penjamasan Kutang Ontokusumo dan Kiai Carubuk milik Sunan Kalijaga tetap dijalankan oleh keluarga ahli waris. Ini dilakukan untuk nguri-uri tradisi leluhur dengan Protol kesehatan Yg sangat ketat dan tidak dibuka untuk umum.

Kegiatan Penjamasan Pusaka dimulai jam : 08.00 WIB dari Kantor Sekretariat Kasepuhan Keluarga Besar Ahli Waris berjalan 400 meter menuju Ke Makam Sunan Kalijaga sebagai tempat Prosesi Penjamasan Pusaka yg dilaksanakan oleh Lembaga Adat Kadilangu setelah sholat Idhul Adha.

Kegiatan Acara ini diikuti khusus keluarga besar Kanjeng Sunan Kalijaga yg kali ini dibatasi sebanyak 30 Orang sbagai Upaya menjalankan Protokol kesehatan Covid.19.Pemkab Demak Jawa Tengah.

Dalam kesempatan ini penulis mendapatkan keterangan 3 Pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga.

1. Kutang Antakusuma.

Diterangkan juga bahwa Antakusuma berarti kebaikan yang tak terbatas karena anta berarti tak terhitung atau tak terbatas, sedang kusuma berarti baik, harum dan bunga.

Jadi Antakusuma dianggap lambang dari ihsan sebagai buah dari takwa.Mengenai warnanya, dikatakan berwarna-warni, tergantung bagaimana orang melihatnya. Ada yg menafsirkan Antakusuma sebagai sikap terpuji terhadap setiap orang tanpa memperhatikan status dan kedudukannya.

Antakusumo merupakan simbol penguasa yang harus memiliki berbagai sifat; dia harus mampu melindungi dan mengatur orang dengan bermacam ragam karakter, adat istiadat dan kepercayaan.

2. Kyai Crubuk
Tidak seperti lazimnya keris pada umumnya yg mempunyai lekuk ganjil

Kyai Crubuk berbentuk seperti pisau yang bisa digunakan untuk menyembelih ayam.

Menurut cerita keris Kyai Crubuk ini dibuat oleh Mpu Dewayasa II pada masa Prabu Dwastarata,
Raja Purwacarita sekitar tahun729.
Pada waktu itu Purwacarita dilanda berbagai macam bencana seperti wabah penyakit, kelaparan & kekeringan.
Sang Raja kemudian
memerintahkan Mpu Dewayasa untuk membuat keris yang bisa digunakan mengusir segala jenis wabah tersebut.
Begitu Mpu selesai, Raja datang bersama pasukannya mengambil
pesanannya.

Mpu Dewayasa kemudian menyer-
ahkan sebuah peti dengan keris di dalamnya yang segera dibuka oleh Raja.

Keris yang akhirnya diberi nama Kyai Crubuk inilah yang kemudian mampu mengusir wabah yang melanda Purwacarita.
( Semoga Dengan Penjamasan ini Wabah Covid.19 segera berakhir dibumi Demak )

3. Kyai Sirikan
Kyai Sirikan adalah keris pusaka berlekuk sembilan. Keris ini juga di-jamas di cungkup Sunan Kalijaga pada saat Ritual penjamasan pusaka 10 Dzulhijjah di cungkup Sunan Kalijaga.

Hanya bedanya bila dua pusaka yang lain disimpan di kotak di atas makam Sunan kalijaga,

Kyai Sirikan dibawa sebagai Ageman sesepuh dari Natabratan.

Namun untuk menjaga kesyakralan Kyai Sirikan saat ini telah disimpan jadi satu dgn tata cara penjamasannya harus dilaksanakan di Cungkup Sunan Kalijaga dan juga harus
dengan mata tertutup saat prosesinya.

Selain Kyai Sirikan, keris lain tak boleh dibawa masuk ke Makam.” Pungkas Cerita R. DIDIK KRISTIADI Ketua Pelaksana Penjamasan 2020

Gilang Adiwidya
Menaramadinah.com