Langgar Tantoh Raden Kabul di Sampang

 

Bertemu dengan Andre Icalbenarnya sudah sering. Namun pertemuan kemarin siang bisa dikatakan istimewa. Sebab kami bertemu dan duduk saling bercerita di atas sebuah langgar kuno. Berikut ini laporan faisol ramdani.

Langgar kuno itu, berada di halaman rumah orang tuanya di jalan Panglima dekat jembatan Sarpao Sampang. Masyarakat sekitar mempercayai langgar itu merupakan langgar tantoh (tiban).

Uniknya, Langgar itu memiliki 4 tiang utama yang kesemuanya miring ke arah utara. Namun demikian, tidak membuatnya roboh malah bertahan hingga saat ini. Bahkan di tiang depan bagian selatan, terdapat 2 buah tombak pusaka.

Konon, langgar kuno itu berpindah sendiri. Dulu sempat ada di halaman depan, tapi pindah ke halaman samping agak kebelakang. Semua kejadian itu tidak ada orang yang mengetahui. Tiba tiba saja sudah pindah.

Ditelusuri lebih lanjut, ternayatvLanggar itu Peninggalan dari Raden Kabul alias Bujuk Aji Gunung. Salah satu ulama besar di Madura. Beliau guru banyak ulama sekaligus wali besar di Madura. Di antara santrinya yang terkenal ialah Kiai Agung Raba Pamekasan (Kiai Abdurrahman), Kiai Abdul ‘Allam Prajjan Sampang, dan Kiai Abdul Jabbar alias Buju’ Napo Omben, Sampang.

Tidak hanya itu, tidak jauh dari langgar tersebut ke arah utara ada sebuah bangunan pagar tembok yang bertuliskan 1500 M. Pagar itu mengelilingi sebidang tanah kurang lebih berukuran 1×4 m.

Secara turun menurun, diceritakan bahwa dulu kala Raden Kabul diperintah gurunya yakni Sunan Ampel untuk berdakwah di Madura. Sunan Ampel kemudian melemparkan sebuah lidi. Dimana lidi itu menancap maka di situlah Raden Kabul bermeditasi.

Nah, tanah itulah yang diyakini sebagai tempat lidi Sunan Ampel menancap. Sehingga Raden Kabul pun mulai menyepi bermunajat kepada Allah SWT sebelum memulai dakwahnya. Oleh karena itu, kampung tempat tanah itu berada dinamai Kampung Panyepen (tempat menyepi).

Berdiri di atas tanah tersebut sambil membayangkan sejarah yang terjadi akan membuat bulu kuduk berdiri. Aura mistis di tanah itu sungguh sangat terasa.

Anda ingin membuktikannya, silahkan datang sendiri! Sehabis dari tanah itu, lalu kembali ke langgar. Ambil wudhu’ lalu beribadah sholat wajib/sunat atau sekedar mengaji. Maka anda akan pulang dengan seribu kedamaian di hati dan pikiran.