Rindu Belajar Bersama Bu Nyai ( Di tengah Ributnya Pembelajaran Online )

Oleh : Yahya Aziz.


Hampir 4 bulan mulai akhir maret – akhir juli 2020 santriwati pesantren Lirboyo Kediri dipulangkan akibat virus CAVID 19 CORONA. Seluruh santri santriiwati luar Jawa sudah banyak yang kembali secara bertahap, sedangkan santriiwati Jawa timur karena kondisi zona hitam baru Sabtu kemarin diizinkan oleh pengasuh untuk belajar kembali ke pesantren.
Tiga hari sebelum berangkat ke Pondok, 100 santriiwati mengikuti protokol Kesehatan ketat dengan isolasi mandiri di rumah dan rapidt tes dengan hasil NON REAKTIF, Alhamdulillah semua santriiwati sehat semua.
Sungguh syahdu ketika upacara pemberangkatan di depan kantor PWNU JAWA TIMUR, hampir semua para wali santri meneteskan air mata. Ada sambutan panitia HIMASAL ( Himpunan Alumni Santri Lirboyo ), sambutan dari pengurus PWNU, doa, sholawat, adzan dan iqomah, benar benar merinding hati ini seakan akan berjuang di medan perang…. BERJUANG UNTUK MENUNTUT ILMU. Mereka rindu belajar bersama Bu nyai, seakan akan ada kontak batin yang tidak bisa dipisahkan antara santriiwati dan Bu Nyai, antara santri dan guru.
Rindu belajar, makan, bergembira bersama sama dengan teman teman seperjuangannya dari sabang merauke.
Firman Allah surat At-taubah 9 : 122
وما كان الموءمنون لينفروا كافة فلول نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى الدين ولينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلهم يحذرون
“Dan tidak sepatutnya orang orang mukmin itu (semuanya pergi ke Medan perang). Mengapa dari mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaum nya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”.
Ya, pergi jauh untuk menuntut ilmu berpisah dengan keluarga itu BERAT, tapi kami yakin puncak akhir nya adalah NIKMAT.
Kami sebagai orang tua merasa bersyukur putra putri kami mau belajar ke Pondok Pesantren setelah tamat sekolah dasar, lebih lebih sekarang ini banyak orang tua menjerit hatinya, diantara jeritan hati orang tua adalah :
1. Pembelajaran online sulit dipahami
2. Waktu pembelajaran online terbatas
3. Sisa waktu setelah belajar online digunakan untuk bermain game
4. Orang tua sibuk memberikan koate paket internet
5. Banyak anak bangsa kesehatan matanya terganggu, karena sering nya memandang sinar teknologi HP.
6. Anak kehilangan rasa empati dan sosial nya terhadap lingkungan sesama.
7. Terpengaruh pergaulan bebas.
Di saat orang tua banyak yang resah atas pendidikannya kurang perhatian, bersyukur lah Anda semua wahai para wali santri yang putra putri nya mau mondok di pesantren manapun, kita sebagai orang tua bisa bernafas lega, putra putri kita tetap terjamin pendidikannya baik ilmu dan akhlak nya.
JERITAN HATI SEORANG GURU.
Sebanyak 50 guru yang kami wawancarai, hampir semua mengatakan bahwa mereka rindu mengajar di sekolah. Pembelajaran online jarak jauh tidak maksimal, bahkan membuat siswa tambah bodoh, tambah liar dan pengaruh lingkungan terhadap akhlak luar biasa, begitu kata bapak D N, guru seni lukis di kodya Surabaya.
Yang mengajar juga boros kuota, harus buat video pembelajaran, satu video bisa seharian penuh buatnya, sedangkan besar gajinya untuk membeli pulsa. Begitu kata S G, guru honorer di Sidoarjo.
Pembelajaran online jarak jauh sangat tidak maksimal, begitu kata sang guru Farid Efendy guru asal Gresik memberi statement :
Tidak semua anak mengikuti pembelajaran daring secara maksimal. Saya membuat media pembelajaran video di YouTube dan analisisnya mengejutkan 80% yang mengikuti pembelajaran online adalah wanita. Itupun rata rata hanya sebagian tayangan nya. Dengan durasi video rata rata 10-19 menit dan hanya 3 menit mereka menonton nya. Dan lucunya kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk meningkatkan keikutsertaan mereka untuk pembelajaran online.
Ada juga guru pejuang dari Brebes Jawa Tengah ibu Desi Feronika seorang guru madrasah dan wali santri, yang putra nya belajar di Pondok modern Gontor. Beliau ikut berjuang mengajar keliling rumah murid muridnya supaya anak mau belajar, beliau merasa kasihan terhadap wali murid yang rata rata buruh tani, tidak mampu membeli HP Android untuk anak anak nya.
Kalau sistem pendidikan dan pengajaran dengan cara Virtual terus menerus, bagaimana nasib generasi muda anak bangsa ini.
Mungkin konsep ini ditinjau kembali, karena secara geografis dari Sabang sampai Merauke tidak sama kondisi nya.
Inilah pendapat menarik bapak A M guru muda energik lulusan Timur Tengah yang mengajar di salah satu sekolah unggulan di Surabaya.
1. Siswa akan pintar dengan seni Pendidikan virtual, tapi tidak akan cerdas dalam sisi yang lain yaitu BERMASYARAKAT.
2. WASUHBATU USTADZIN tidak ada pada diri siswa, bahkan tidak akan mendapatkan KEBERKAHAN DAN KEBAHAGIAAN, karena guru itu sosok yang perlu diteladani.
3. Pembelajaran online jarak jauh, hanya bisa melahirkan generasi bersosial media tapi tidak akan bisa bijak dalam menangani masalah pahit getirnya kehidupan. Akhlak, budi pekerti akan tergerus hilang sendiri nya.
Ada 30 guru diantaranya BPK S F guru SMP, ibu R M guru S D dari Magetan dan ibu I T dari Lamongan yang mengatakan ya sudahlah nanti setelah tamat sekolah dasar anak anak saya pondokkan… sebagai guru pendidik, kami akui pesantren lah lebih siap dalam mendidik dan mengajar generasi anak muda bangsa……..
Wallahu A’lam Bissowab…..
Surabaya, 28/7/2020
Y A : wali santri dan penulis tetap menara Madinah com.