Jurumiah

Oleh : Gus Ulil Abshar Abdalla

Ini memang kitab sederhana
Hanya beberapa lembar saja.
Tetapi ia telah menjadi perahu
Yang melayarkan kami, ribuan santri
Dari desa-desa di sepanjang pantura
Menyeberangi Samudera Hindia,
Menjumpai para ulama
Penganggit serat-serat agung
Dari negeri atas angin di utara,
Bertamu pada Malik dan Syafi‘i
Bercengkerma dengan Juwaini
Menikmati hidangan lezat Ghazali.

Ini memang kitab sederhana
Hanya beberapa bab saja isinya.
Tetapi ia telah menjadi tikar Aladin
Yang menerbangkan kami
Dari dusun-dusun miskin di Jawa,
Melintasi dunia liliput kami
Yang hanya beberapa hasta lebarnya,
Menjadi bagian dari keluasan dunia.

Ini memang kitab sederhana
Hanya Zaid dan Umar,
Tak ada Parto atau Pariyem di dalamnya.
Tetapi ia telah mempertemukan kami,
Para pewaris Ranggawarsita
Para penerus Centini
Para “pendherek” Dipanegara,
Dengan bait-bait indah
Dari Alfiyyah, Juman, dan Burdah.

Ialah yang membawa kami
Murid-murid Sunan Ja’far
Anak cucu Siti Jenar
Kepada futuhat Ibn ‘Arabi.

Kami memang tinggal di desa
Kami bukan angkatan Asrul Sani.*
Tetapi kami, dengan cara kami sendiri
Adalah pewaris kebudayaan dunia.

* Asrul Sani (1927-2004) adalah sastrawan Angkatan ‘45 yang menulis Surat Kepercayaan Gelanggang yang dibuka dengan pernyataannya yang terkenal: “Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia”.

Jatibening, 22/7/2020

———

Gambar: Kitab Jurumiah terjemahan dalam bahasa Jawa yang ditulis oleh Kiai Bisri Mustofa (ayahanda Gus Mus) dari Rembang, Jawa Tengah, dan diterbitkan oleh Penerbit Menara Kudus. Inilah buku andalan ribuan para santri Jawa pada tahun 70an waktu saya pertama kali “thimik-thimik” belajar bahasa Arab. Kitab Kiai Bisri ini masih dipakai hingga sekarang.