BELAJAR DARI KEPENASARANAN MAKAN PIZZA

Oleh : Tetty Maryati

FORSA Kuningan

Bertebarannya makanan siap saji disekitar kita, ditambah dengan tampilan iklannya yang menggoda selera, membuat lapar mata, penasaran ingin mencoba seperti apa sih enaknya?, berapa mahal sih harganya?, seberapa besarkah gengsinya? Ketika kita berhasil memakan sajian yang terus terusan hadir di depan mata kita lewat tayangan semua media.

Ketika kondisi keuangan mendukung tentu rasa ingin menutupi kepenasaran dari semua pertanyaan itu dilaksanakan dengan pemikiran yang disiapkan bahwa ini pasti akan mahal untuk ukuran rakyat jelata, ini pasti tidak akan seaneka ragam untuk ukuran perut yang biasa disesaki nasi dan lauk pauk, ini pasti tak akan sesempurna tampilan di iklan.

Namun demi sebuah kepenasaran, dicoba juga makan ditempat bergengsi tersebut. Daaaann nyata… sajian tak seindah gambar, enaknyapun tak seperti yang di bayangkan. Kenyang sih iya…namun semua tak sesuai ekspetasi.

Menyesal? Tentu TIDAK, semua kepenasaran terbayar sudah. Merugi karena uang berkurang banyak? Tentu TIDAK juga. Karena semua sudah diperkirakan. Malah yang keluar niat, seandainya punya uang lagi, ingin mencoba menikmati sajian instant mewah lainnya seperti Burger dengan Brand ternama. Meskipun yang disebut Burger banyak di pinggir jalan dengan kualitas KW KW, namun tetaplah bahan dasarnya roti.
Layaknya daging ayam, meskipun namanya geprek, gebug, penyet, bakar, goreng, dan segala macam sebutan, tetaplah bahannya ayam.

Berkaca dari hal sederhana tentang sebuah jajanan. Pun demikian dalam kehidupan. Kadang rasa penasaran lebih mendominasi logika. Sudah punya motor kopling, ingin mencoba motor matic, sudah punya mobil kecil ingin mobil besar, sudah punya istri ingin pacar, sudah punya pacar ingin selingkuhan.
Takkan pernah habis ketika hawa nafsu mendominasi mengalahkan logika.

Kepenasaran untuk memiliki atau merasakan sebuah benda tentu masih dinilai batas wajar jika kemampuan materi bisa menutupi, misal sudah punya mobil satu ingin dua. Tidak masalah, karena yang namanya benda bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan bisa pula karena keinginan bahkan karena gengsi semata ingin menunjukkan bahwa AKU mampu.

Namun bagaimana jika kepenasaran yang berbuah keinginan itu muncul pada mahluk? Sudah punya istri penasaran ingin punya simpanan, sudah punya simpanan ingin punya selingkuhan. Apa yang akan didapat? Hanya sebuah penutup kepenasaran semata? Tentu TIDAK, karena nafsu jika tidak disapih layaknya anak menyusu, akan terus menggelayut di tetek ibunya.

Mungkin bisa berhenti karena suatu hal, karena  sanksi sosial misalnya, atau karena menghindari perselisihan dengan istri, atau bahkan mungkin  bermasalah karena diketahui pacar. Itu semua faktor eksternal yang menghentikan. Selama tidak timbul dari faktor internal yakni niat dalam hati yang benar benar tulus niat ingin tobat karena takut azab, atau minimal ada sedikit rasa kasihan pada wanita yang dihianati. Maka kepenasaran itu akan selalu muncul dengan berbagai dalih.

Pizza, Burger, tetaplah roti. Geprek, penyet, tetaplah ayam, yang beda hanyalah bumbunya.
Lalu sejauh mana bumbu dirasa berbeda? Hanya sebatas antara lidah dan tenggorokan. Sudah masuk perut, pizza, Burger, singkong, ubi, bakso, gorengan, semuanya jadi kotoran dan sudah hilang rasa di lidah.

Istri, pacar, selingkuhan hanyalah sebutan. Semuanya akan diminta pertangungjawaban oleh yang maha penentu kehidupan. Siapa yang wajib diimami, siapa yang wajib dinikahi, siapa yang wajib dijauhi, sebagaimana layaknya manusia yang berhati nurani dengan segala konsekwensi nilai mahluk pada sang khalik.

Juli 2020.
Tettymaryati.menaramadinah.com