Mengenal Ponpes Tegalrejo Prambon Nganjuk

 

Pondok Pesantren (Ponpes) Tegalrejo dikenal sebagai ponpes pengafal Alquran. Santri yang mondok di sana bercita-cita menjadi hafiz. Beberapa santri menghabiskan waktu lebih dari dua tahun untuk hafal Alquran. Namun, ada juga yang hanya membutuhkan waktu dalam beberapa bulan.

Kiai Imam Al Ghozali, pendiri Ponpes Annur Al Ghozali atau Tegalrejo, punya metode unik ketika melakukan hafalan Alquran. Saat masih nyantri di Ponpes Lirboyo Kediri dan Sanggrahan, Prambon, Kiai Ghozali selalu membuat deadline. Itu dilakukan agar dia punya target hafalan.

“Kiai (Ghozali ) membuat tenggat waktu sendiri,” kata Pengasuh Ponpes Tegalrejo, Kiai Zaenal Arifin Ghozali. Ketika akan memulai hafalan, kata Arifin, Kiai Ghozali mencari buah pisang yang belum masak dari pohonnya. Setelah itu, buah mentah itu ditebang.

Hafalan sebanyak 1.000 bait atau sekitar 4 juz dimulai sembari menunggu buah pisang sampai masak. “Jadi kalau pisang sudah masak, hafalan harus sudah 1.000 bait,” kenangnya.

Ketika hafalan belum sampai 1.000 bait, sementara pisang sudah masak dalam waktu seminggu, menurut Arifin, hafalan dianggap gagal. Namun, hebatnya, Kiai Ghozali selalu berhasil memenuhi target tersebut. “Beliau tidak pernah gagal,” lanjut pria 45 tahun ini.

Berita Terkait
Kisah Santri yang Menimba Ilmu Jadugan di Pesantren (2)

Kisah Santri yang Menimba Ilmu Jadugan di Pesantren (1)

Setelah menuntaskan hafalan 1.000 bait, Kiai Ghozali meneruskan ke surah-surah berikutnya. Dalam waktu singkat, dia mampu menyelesaikan hafalan Alquran sampai 30 juz. Waktunya tidak sampai dua tahun.

Metode hafalan yang dilakukan Kiai Ghozali itu, kemudian diterapkan di Ponpes Tegalrejo. Menurut Arifin, tak satu pun para santri yang mampu menyelesaikan 1.000 bait dalam waktu seminggu. Pasalnya, hal itu dianggap terlalu cepat.

Arifin mengatakan, capaian Kiai Ghozali belum mampu disamai para santri di Ponpes Tegalrejo. Pun, setelah kiai asal Desa Watudandang, Kecamatan Prambon itu mangkat pada 1992. “Belum ada yang bisa menyamai,” terang Arifin.

Biasanya, santri yang melakukan hafalan disetorkan ke putri-putrinya. Pasalnya, ketika bisa diwakilkan, Kiai Ghozali fokus mengajar kitab kuning. “Ada putri-putrinya yang ikut membantu hafalan,” ujarnya.

Dalam sejarah ponpes, kata Arifin, ada santri yang mampu menuntaskan hafalan dalam waktu sekitar 14 bulan. Namun, rata-rata waktu yang dibutuhkan sekitar 3 tahun.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com.