Babad Pekalongan Dimasa Pemerintahan Bahurekso Hingga Ronggowarsito

Oleh : M.  Yunus Gipo Albotoputih

Kesultanan Pajang memiliki pujangga terkenal, yaitu Pangeran Karanggayam. Beliau menulis Serat Nitisruti yang berisi tentang kepahlawanan, kebajikan, keutamaan dan keteladanan. Padepokannya di Banyudono Pengging. Siswanya bertebaran di seluruh penjuru Nusantara. Mereka belajar ngelmu sangkan paraning dumadi. Pangeran Karanggayam pernah berguru kepada Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging, Ki Ageng Banyubiru, Ki Ageng Butuh.
Murid Pangeran Karanggayam yang ternama adalah Ki Ageng Cempaluk. Beliau ketib anom di Kabupaten Kendal. Selama berguru di Pengging, beliau menjadi warga kinasih Pangeran Benawa. Putra-putri bangsawan Pajang Pengging banyak belajar tata praja, oleh keprajuritan, ngelmu kasampurnan. Bersama istrinya, Siti Romelah keturunan Ki Ageng Sela, beliau menjadi guru terpandang di kalangan bangsawan Jawa.
Ratu Batang adalah putri Pangeran Arya Pangiri, trah Demak yang lama diasuh oleh Pangeran Benawa Pengging. Hubungan kekerabatan ini semakin akrab, ketika Ratu Batang diangakt menjadi garwa Prameswari Sultan Agung Hanyakrakusuma. Dari rahim Ratu Batang ini lahir Sinuwun Amangkurat Tegal Arum, Raja hebat, bijaksana dan amat pintar. Beliau raja keempat Maatram yang tereknal di kawasan pesisir.
Kanjeng Sultan Hanyokrokusumo memerintah Mataram selama 1613-1645. Selama menjadi raja beliau didampingi oleh Ratu Batang yang amat hebat. Atas usul Ratu Batang, Joko Bahu putra Arya Jepara ditetapkan menjadi bupati Kendal. Penari utamanya Ki Ageng Cempaluk. Arya Jepara sejak muda diasuh oleh Kanjeng Ratu Kalinyamat, seorang putri Sultan Demak yang terkenal kaya raya. Kedudukan Joko Bahu di kabupaten Kendal sangat kuat, karena mendapat dukungan dari Demak, Jepara, Pengging dan Mataram. Sebagai Bupati Kendal yang berpengaruh beliau bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Bakurekso.
Kedekatan KRT Bahurekso dengan Sultan Agung karena pengaruh Kanjeng Ratu Batang. Aktivitas kanjeng Ratu Batang di negeri Mataram sangat dominan, maklum beliau memiliki darah keturunan tinggi dari kasultanan Demak dan Pajang. Ibunya adalah Sekar Kedhaton, putri Sultan Hadiwijaya, raja Pajang. Sekar Kedhaton menikah dengan Arya Pangiri, putra sultan Prawata, raja Demak. Lengkap sudah silsilah Kanjeng Ratu Batang. Kebijakan Sultan Agung sering terjadi atas pertimbangan Ratu Batang.
Tumenggung Bahurekso beristri Raden Nganten Dewi Lanjar, yang dipercaya sebagai peguasa samodra lor. Kanjeng Raden Tumenggung Bahurekso, Bupati Kendal merupakan lingkaran pertama kekuasaan Mataram. Pada tanggal 25 Agustus 1622 ditetapkan Pekalongan sebagai wilayah dengan status otonom penuh. Kabupaten pemekaran ini langsung dibina oleh KRT Bahurekso atas restu Kanjeng Ratu Batang. Sebagai pimpinan Pekalongan, dipilih KRT Mandurorejo. Adapun Mandurorejo adalah putra Patih Mandaraka, perdana menteri Kerajaan Mataram. Keluarga Patih Manduraka berada di Paremono Muntilan, Magelang.
Pelantikan Bupati Manduro di pendapa Kabupaten Pekalongan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 1622 arau 12 Rabiul Awal 1042. Sultan Agung hadir bersama dengan Kanjeng Ratu Batang. Tampak pula KRT Tegalyoso, bupati tegal yang menjabat tahun 1617-1636. Duduk dalam deretan tamu terhormat yaitu perwakilan dari Pengging, Pati, Demak, Jepara, Purwodado dan Tubang. Selaku ketua panitia yaitu KRT Bahurekso.

B. Nama Pekalongan atas usul Kanjeng Ratu Batang, Permaisuri Sultan Agung
Nama Pekalongan sendiri ditetapkan oleh Kanjeng Ratu Batang atas saran KRT Panjang Mas. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, pikiran KRT Panjang Mas kerap dipakai oleh Kerajaan Mataram. Kesetiaan KRT Panjangmas begitu mendalam, sehingga dalam kompleks makam Imogiri, KRT Panjangmas satu-satunya orang yang boleh ikut. Makam KRT Panjangmas tepat di bawah makam Sultan Agung dan Ratu Batang.
Pertimbangan nama Pekalongan ini karena KRT Bahurekso sering melakukan tapa brata di alas Roban. KRT Bahurekso biasa tapa ngrame, tapa ngidang, tapa ngalong. Tapa ngrame berarti suka menolong atas kesulitan orang lain. Hidupnya untuk masyarakat. Dia rela berkorban demi kepentingan orang banyak. Kepentingan umum di atas kepentingan keluarga. Tapa ngidang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan. Alam sekitar adalah karunia Tuhan yang harus digunakan untuk kesejahteraan umat manusia. Tapa ngidang berarti menggunakan potensi alam secara tepat. Tidak boleh ada kerusakan alam. Sedang tapa ngalong berarti giat berusaha tekun bekerja. Kalong atau kelelawar pada waktu malam hari pun tetap mencari penghidupan. Kalong tidak kenal lelah.
Dari tapa ngalong itulah muncul istilah Pekalongan. Makna simbolik Pekalongan adalah tempat kalong. Awalan pe dan akhiran an, yang merujuk pada lokasi kegiatan. Terbukti Kabupaten Pekalongan menjadi tempat aktivitas produktif dan kreatif. Industri batik berkembang pesar dengan skala pemasaran internasional. Produk batik Pekalongan menembus pasar dunia. Batk Pekalongan merupakan duta bangsa yang mengokohkan identitas nasional. Kreasi warga Pekalongan nantinya menjelma menjadi gerakan nasionalitas di Pekalongan.
Berdirinya Kabupaten Pekalongan tak lepas dari peranan Syekh Jangkung atau Saridin. Dia berasal dari Landoh Kayen Pati. Tokoh ini terkenal di kalangan Pesisir. Mulai dari Rembang, Tuban, Pati, Jepara, Demak, Kendal, Tegal dan Cirebon. Syekh Jangkung atau Saridin sangat sakti mandraguna. Beliau gemar lara lapa tapa brata. Namun Syekh Jangkung atau Saridin selalu andhap asor, wani ngalah, dan ramah tamah kepada siapa saja.
Kesetiaan dan kepintaran Syekh Jangkung Saridin dipergunakan untuk berdarma bakti pada sesama. Keluhuran budi Syekh Jangkung Saridin membuat Sultan Agung terpikat. Syekh Jangkung Saridin dinikahkan dengan Retna Junoli, kakak kandung Sultan Agung.
Dulunya kawasan Alas Roban dikenal sebagai wana gung liwang-liwung, angker kepati-pati. Bebasan jalma mara jalma mati. Di situ hidup makhluk halus yang ganas. Jin setan peri perayangan, ilu-ilu banaspati berkeliaran bebas. Sering mengganggu manusia. Semua lelembut ini ditakhlukkan oleh Syekh Jangkung Saridin. Daerah Kendal, Batang, Pemalang dan Pekalongan penduduknya kembali ayem tentrem. Untuk menundukkan makhluk halus ini Syekh Jangkung Saridin Bersma KRT Bahurekso menjalankan tapa ngalong, kalau sudah sampai rejaning jaman, daerah ini kdisebut dengan nama Pekalongan.

C. Daftar Bupati Pekalongan

1. KRT Mandurorejo 1622-1640.
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Pleret. Rajanya bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo.
2. KRT Manduronagoro 1640-1667
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Pleret. Rajanya bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo.
3. KRT Sindunagoro 1667-1678
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Pleret. Rajanya bernama Sri Sunan Hamangkurat Agung.
4. KRT Suronagoro 1678-1698
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Kartasura. Rajanya bernama Sri Sunan Amangkurat Amral.
5. KRT Jayengrono 1698-1712
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Kartasura. Rajanya bernama Sri Sunan Amangkurat Amral.
6. KRT Jojoprojo 1712-1726
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Kartasura. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono I.
7. KRT Padmonagoro 1726-1741
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Kartasura. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono II.
8. Tan Kwee Djan 1741
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Kartasura. Yang melantik Raden Mas Garendi saat peristiwa geger pacina.
9. Raden Tumenggung Wiryo Adinegoro I 1741-1762
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Kartasura. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono II.
10. Raden Tumenggung Wiryo Adinegoro II 1762-1783
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono III.
11. Raden Tumenggung Wiryo Adinegoro III 1783-1803
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono IV.
12. Raden Tumenggung Wiryo Adinegoro IV 1803-1820
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono IV.
13. Raden Tumenggung Wiryo Adinegoro V 1820-1830
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono V.
14. Raden Tumenggung Wiryo Adinegoro VI 1830-1850
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono VII.
15. Raden Adipati Notodirjo I 1850-1861
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono VII.
16. Raden Adipati Notodirjo II 1861-1878
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono IX.
17. Raden Adipati Notodirjo III 1879-1893
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono IX.
18. Raden Adipati Notodirjo IV 1893-1916
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono IX.
19. KRT Soemadi Koesoemonagoro 1916-1924
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono X.
20. KRT M. Rawoeh Notokusumo 1924-1946
Dilantik pada jaman kerajaan Mataram yang beribukota di Surakarta. Rajanya bernama Sri Sunan Paku Buwono IX.
21. M. Soerodjo Adinegoro 1946-1957
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.
22. KRT M. Kiswoyo 1957-1962
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.
23. R. Moch. Oesman 1962-1967
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.
24. R. Soetedja Mangundihardjo 1967-1972
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soekarno.
25. R Hardjo Probodirdjo 1972-1975
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.
26. Karsono 1975-1981
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.
27. Letkol Soepardi 1981-1991
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.
28. Kolonel Khairul Dini HS 1991-1996
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.
29. Kolonel Harsono 1996-2001
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soeharto.
30. Drs. H. Amat Antono, M.Si, wakil Hj. Dra. Siri Qomariah, MA 2001-2006
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Megawati.
31. Hj. Dra. Siti Qomariah, MA, wakil H. Wahyudi Pondjo Nugroho, MT, 2006-2011
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
32. Drs. H. Amat Antono, M.Si, wakil Laila Fadia Elfona Rafiq 2011-2016
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
33. H. Asip Kholbhi, SH., M.Si, wakil Ir. Hj. Arini Harimurti, 2016-2020
Dilantik pada jaman Pemerintahan Presiden Joko Widodo.

D. Pewaris Darah Kapujanggan berasal dari Pekalongan

Masa keemasan kesusastraan Jawa di Kabupaten Pekalongan terjadi pada masa pemerintahan Bupati Padmanagara tahun 1724-1740. Pekalongan berada di bawah kekuasaan Mataram yang beribukota di Kartasura. Rajanya amangkurat IV dan Sri Susuhunan Paku Buwana II. Bupati Padmanagara adalah pejabatintelek yang suka menulis karya sastra. Sebegitu mahirnya dalam bidang kesusastraan, bupati Pamanagara juga mendapat juluk KRT Sastronagoro. Sebenarnya hal ini wajar sekali, karena Bupati Padmanagara masih keturunan Sultan Hadiwijaya, raja Pajang dan pewaris trah Pengging.
Bupati Padmanagara memiliki startegi kebudayaan yang cocok untuk diterapkan di tanah Jawa. kenyataannya tanah Jawa dihuni tiga kebudayaan besar, yakni Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Timur. Budaya Timur Tengah diwujudkan oleh agama Islam yang mayoritas dianut oleh orang Jawa. budaya Asia Selatan berasal dari India yang diwakili oleh paham Hindu Buddha. Sedang budaya Asia Timur adalah tradisi hidup yang dikembangkan oleh ras mongoloid. Arab, India, China telah menyatu dalam kehidupan orang Jawa.
Untuk itulah Bupati Padmanagara atas ijin Sinuwun Paku Buwono II mengembangkan gagasan multikultural. Ahli sastra dari Kartasura dan pakar gendhing dari Pengging diajak untuk menerapkan budaya multikultural di Kabupaten Pekalongan. Strategi kebudayaan ini disusun dalam bentuk dokumentari kesusastraan. Identitas naratif bersumber dari tradisi Arab, India dan China. Tetapi penyajiannya dalam bentuk kebudayaan Jawa.
Usaha pemahaman multikultural ini dikoordinir oleh Kyai Honggomoyo dari Kedu, Magelang. Kyai Honggomoyo ini masih keturunan Panegran Karanggayam, pujangga Pajang. Peguron Kedu yang dipimpin Kyai Honggomoyo mencetak ahli kesusastraan yang mumpuni.
Putra bupati Padmanagara bernama Jenal Ali atau Bagus Jonggom, lahir tahun 1227. Kelak menjadi pujangga Karaton Surakarta Hadiningrat bergelar Kyai Yasadipura atau KRT Sastronagoro. Karena dulu lama menempuh pendidikan di Gumelem Susukan Banjarnegara, maka putra Bupati Padmanagara ini dijuluki Bagus Banjar.
Akulturasi budaya yang disusun buku dengan terbitnya Serat Menak. Isi Serat Menak merupakan perpaduan harmonis antara budaya Arab, India dan China. Misalnya Serat Menak Jaminambar, Serat Rengganis dan Serat Amir Hamzah. Dari karya literasi ini akhirnya digubah menjadi seni pertujukkan. Maka muncul wayang gedhog,wayang krucil, wayang kayu dan wayang thengul.
Perjuangan Bupati Padmanagara dalam bidang kebudayaan pantas menjadi bahan apresiasi. Strategi kebudayaan yang dipelopori Bupati Padmanagara Pekalongan ini merupakan cikal bakal adanya akulturasi di tanah Jawa. setelah pensiun dari jabatan Bupati Pekalongan, KRT Padmonagoro ditarik untuk menjadi bupati Pengging. Prestasi gemilang terus diukir oleh KRT Parmonagoro. Pengging menjadi sumber inspirasi bagi majunya peradaban dunia. Keturunan Bupati Padmonagoro yang terkemuka adalah Raden Ngabehi Ranggawarsita, pujangga agung Kraton Surakarta Hadiningrat.

Ditulis oleh: Dr. Purwadi, M.Hum, 18 Mei 2020
KETUA LOKANTARA