Ketagihan Tamparan

Oleh Moh. Ali Aziz

Dalam pengajian di SD Khadijah Candi Lempung Surabaya tahun 2018 yang lalu, saya diberi panitia buku tipis berjudul, “An Nurul Burhany fi Tarjamah Al Lajiin Ad Dani fi Dzikri Nabadzah Min Manaqib As Syaikh Abdul Qadir Al Jilany juz 2” karya Abu Luthfi Hakim dan Hanif Mushlihuddin bin Abdir Rahman As Samarani, penerbit Toha Putra Semarang, tt. Lama saya cari buku itu sejak masa pandemi, dan baru hari ini (31/5) saya temukan. Penulis buku ini mengutip perkataan Syekh Abdul Qadir Al Jilany yang benar-benar menohok batin saya, yaitu,
وَمَااَحَبَّ الْبَلَاءَ وَالتَّلَذُّذُ بِهِ اِلَّا مَنْ عَرَفَ الْمُبْلِى
“Hanya orang yang kenal Allah yang bisa menyenangi cobaan hidup, bahkan bersukacita dengan ujian itu.”

Maka, jika Anda mengeluh dengan cobaan hidup seberat apa pun, berarti Anda belum kenal Allah. Allah masih asing bagi Anda. Atau mungkin Anda hanya tahu nama-Nya belaka, tapi tidak tahu sifat-sifat-Nya. Jika Anda mengenal-Nya, pasti Anda merasa mendapat hadiah besar dari-Nya dan bersuka cita menerima cobaan dari-Nya. Subhanallah.

Agar Anda bisa memahami pesan Syekh Abdul Qadir Jilany itu, saya berikan ilustrasi. Seorang satpam perusahaan bilang saya, “Saya rindu ditempeleng bos, pak ustad.” “Kenapa?” tanya saya heran. “Sebab, setiap selesai menampar saya, tak lama kemudian beliau minta maaf, lalu memberi uang ratusan ribu rupiah,” sahutnya dengan serius. “Beliau tegas, keras, tapi tulus mendidik kami semua,” pujinya sambil mengusap sepatunya agar lebih mengkilat. “Plus, beliau amat dermawan,” tambahnya. “Bagi kami, satpam yang sudah lama mengenal watak bos, kami senang dibentak atau ditamparnya. Sebab, ujungnya pasti beliau minta maaf dan memberi uang dalam amplop yang tebal,” katanya sambil tertawa terbahak-bahak dan memasukkan tangannya ke dalam saku baju. “Hanya satpam yang baru, yang belum kenal watak bos, sehingga tidak terima dengan perlakukan bos.”

Apakah Anda satpam senior atau unior? Jika unior, segeralah mengenal bos Anda, agar tidak berburuk sangka atau marah kepadanya. “Maaf pak bos, saya, moh ali aziz, satpam unior.” (Surabaya, 31-5-2020).