MEMBEDAKAN DAKWAH “KIAI NU DAN. USTADZ SALAFI WAHABI?

oleh:Musthofa Zuhri

Berikut adalah salah satu cara melihat perbedaan penyampaian dakwah antara ” Ulama’ NU dengan Wahabi /salafi .

Ulama NU dalam menyampaikan dakwah selalu menggunakan kalimat yang lembut dan mengasikkan. Dan jika pun ada pertanyaan yang dikira belum ditemukan dalil kiai kiai NU memberikan jawaban “kalau tidak ada dalilnya maka mereka selalu mencari jalan keluar dengan kalimat ” harus bagaimana?”

Oleh karena itu, ulama NU menawarkan solusi cerdas dalam bentuk urutan prioritas, misalnya gunakan ijma, gunakan qiyas, gunakan maslahah mursalah, lihat kebiasaan warga madinah, atau lainnya, dari situ baru bisa disimpulkan apa hukum suatu masalah.
Inilah yang namanya madzhab, yaitu mengajari kita ttg bagaimana cara menilai sesuatu.

Metodenya-lah yang dibakukan dan diwariskan pada ulama berikutnya, sampai ke kita saat inim Kalau dalam komputer, ini ibarat operating system yang mengatur gerak semua aplikasi kita. Aplikasi boleh bertambah, tapi pola pikir sudah baku.

Bagi ulama NU, dakwah itu mengajak bukan menginjak. Dakwah itu meyampaikan pesan pesan agama dengan bahsa yang smood dan samrt. Dakwah beda dengan orasi orasi. Dakwah bukan ajakan memprofokasi dan menabur hasutan denagn dibungkus agama.

Dakwah itu menawarkan solusi bukan aksi aksi endel dan genit .

Itulah NU, kaya kreasi dan metode penyelesaian probelem keagamaan. Melalui Fiqih, usul fiqih, tafsir, ilmu tafsir, hadist, ilmu tafsir dan sudah tentu tasawuf sebagai pembersih Hati. Dengan ilmu alat sebagai kunci dasarnya. Yang tertuang dalam kitab turats (kitab kuning).

Adapun wahabi or salafi, mereka tidak punya metode utk menjawab pertanyaan “kalau tidak ada dalilnya dalam Al-Qur’an dan sunnah, maka harus bagaimana?”

Karena bagi mereka, kalau tidak ada dalilnya dalam Al-Qur’an dan sunnah, maka hukumnya langsung jatuh ke bid’ah -> sesat -> neraka.

Wahabi/salafi tidak memiliki metode yang digunakan. Dan di saat mereka kesulitan untuk menilai suatu hal yang ternyata dibutuhkan, akhirnya mereka lari ke “fatwa ulama”, tentunya yang dimaksud disini adalah ulama versi mereka sendiri, seperti Syaikh bin Baz, lajnah daaimah atau lainnya.

Intinya, tidak memiliki metode. Yang ada hanya Al-Qur’an, hadits dan fatwa dari ulama kebanggaan mereka yang sama persis yang diduplikasi oleh group oenda’i seterusnya . Mereka tak memahami atau tak memiliki ilmu tafsir, fiqh, ilmu hadist, usul fiqh , lebih lebih ilmu tasawuf. Mereka tak mau belajar tentang itu. Yang ada hanya hasil pikiran sendiri , yang di produksi lewat guru guru nya dengan terjemahan Al Qur’ an dan Hadist.

Kalau dalam komputer, ini ibarat program aplikasi yang banyak men-save file-file, tapi sama sekali tidak memiliki metode untuk mengatur itu semua.

Akibat tak memiliki metode yang akurat, bertumpu pada terjemahan Quran dan Hadist dengan tanpa dibekali ilmu alat yang memadai, mereka mudah terjebur dalam kata kata “kafir, sesat; keras, laknat, dst”.

Beragama ditangan kelompok wahabi, salafi terasa menyumpekkan. Tak mengasikkan. Keras, radikal dan kaya cemooh an.

Itulah beda nya anatara dakwah kiai NU dengan ustadz wahabi dan salafi.

Nah , jika ada seorang da’i atau pencermah yang gampang mengatakan dengan memberi lebel “pokoknya” dengan cepat nuduh sesat, laknat, misuh misuh misuh, kofar kafir saya pastikan dia bukan dari kalangan NU tapi…..?

Sudah paham kan? Mana ustadz yang NU dan mana Ustadz wahabi, salafi?

Selamat lebaran hari ke tiga…!