Sejarah Paguyuban Sumarah

SEJARAH PAGUYUBAN SUMARAH

Riwayat Singkat Pendiri Paguyuban Sumarah
Pendirinya adalah R.Ng. Soekinohartono (Pak Kino). Beliau dilahirkan pada tanggal 27 (26 malem) Desember 1897 di desa Munggi, Kapanewon Semawu, Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta, dari keluarga Raden Wirowedono. Pak Kino meninggal dunia pada tanggal 25 Maret 1971 di Wirobrajan VII/158 dan dimakamkan di Pemakaman Kuncen Yogyakarta.

Beliau pernah mengikuti pendidikan di Sekolah Rendah, dan setelah dewasa berpindah ke Yogyakarta. Kemudian menjadi pegawai di Keraton sebagai Mantri Pamicis, akhirnya menjadi pegawai Bank Nasional di Yogyakarta.

Sejak muda R.Ng. Soekinohartono sudah tertarik pada ilmu kebatinan, gemar melakukan tirakat, tapa brata, dan meditasi. Beliau juga telah memiliki benih ilmu kebatinan warisan dari orang tuanya, berupa ilmu kanuragan atau jayakawijayan. Namun, ilmu seperti itu menurut pendapatnya tidak membawa pada keselamatan. Oleh sebab itu, ilmu kanuragan itu kemudian ditinggalkan, dan mencari guru yang ilmunya dapat membawa kepada keselamatan lahir dan batin.

Lahirnya tuntunan Sumarah adalah dalam kondisi ketika bangsa Indonesia sedang mengalami penderitaan karena dijajah oleh kolonial Belanda. Pak Kino merasa prihatin melihat keadaan bangsanya. Oleh karena itu, beliau senantiasa memohon dengan bermeditasi kepada Tuhan YME, agar bangsa Indonesia merdeka terlepas dari penjajahan asing. Permohonannya kemudian dikabulkan oleh Tuhan YME dengan diwahyukannya tuntunan Sumarah melalui Hakiki kepada R.Ng. Soekinohartono pada tanggal 8 September 1935 di rumahnya Wirobrajan VII/158 Yogyakarta. Hakiki adalah sumber otoritas spiritual sebagai perantara Tuhan kepada individu tertentu, yang artinya sama dengan guru sejati. Ketika itu beliau sedang bermeditasi memohon kemerdekaan Indonesia, dan menerima Ilmu Sumarah untuk diajarkan kepada umat manusia agar beriman seutuhnya kepada Than YME. Karena pada waktu itu di kalangan bangsa Indonesia masih banyak yang imannya tidak bulat. Mulai saat itulah Pak Kino melaksanakan tugasnya membimbing Sufi-Sufi Jawa Pak Suhardo, Pak Hardjoguno, Pak Sastrosudjono, Pak M. Nirman Rogoatmodjo, Pak Prawiroatmodjo, Pak Dwidjowijoto, dan seterusnya.

Pengertian Sumarah
Kata sumarah berasal dari bahasa Jawa artinya menyerah atau pasrah. Sedangkan Sumarah yang dimaksud adalah tingkat kesadaran manusia untuk berserah diri seutuhnya kepada Tuhan YME. Paguyuan Sumarah mendasarkan diri pada Ilmu Sumarah yang diwahyukan pertama kali kepada R.Ng. Soekinohartono. Ilmu Sumarah intinya mengutamakan sujud sumarah, yakni pasrah menyerah bulat seutuhnya kepada Tuhan YME. Dalam praktiknya sujud sumarah tampak sederhana, tetapi harus dilakukan dengan tekad yang teguh, tekun, dan waspada.

Yang dapat diterima menjadi anggota Paguyuban Sumarah adalah warga Indonesia yang sudah mencapai umur 15 tahun, serta sudah tergugah rasa ketuhannnaya, bersedia mematuhi sesanggeman, menyetujui anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Paguyuban Sumarah, tanpa membedakan suku bangsa, religi, dan jenis kelamin.

Sesanggeman yang harus dipatuhi warga Paguyuban Sumarah adalah sebagai berikut.

Sanggem tansah enget dhateng Allah, sumingkir saking raos pandaku, kumingsun, pitados dhateng kasunyatan saha sujud sumarah ing Allah.
Marsudi sarasing sarira, tentreming panggalih saha sucining Rohipun, mekaten ugi ngutamekaken watakipun, dalah muna-muni tuwin tindak-tandukipun.
Ngraketaken pasedherekan adhedhasar rasa sih.
Sanggem tumindak saha makarti, anjembaraken wajibing ngagesang, sarta anggatosaken preluning bebrayan umum, netepi wajibing Warga Negara, tumuju dhateng kamulyan saha kaluhuran, ingkang mahanani tata tentreming jagad raya.
Sanggem tumindak leres, ngestokaken Angger-Angger Nagari tuwin ngaosi ing sasami, mboten nacat kawruhing liyan, malah tumindak kanthi sih, murih sadaya golongan, para ahli kebatosan tuwin sadaya Agami saged nunggil gegayuhan.
Sumingkir saking pandamel awon, maksiyat, jahil, drengki, lan sasaminipun. Sadaya tindak tuwin pangandika sarwa prasaja sarta nyata, kanthi sabar saha titi, mboten kesesa, mboten sumengka.
Taberi ngudi jembaring seserepan lahir batos.
Boten fanatik, namung pitados dhateng kasunyatan, ingkang tundhonipun murakabi dhateng bebrayan umum.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com.