Melawan Lupa Peristiwa G30S/PKI 1965

Jakarta-menaramadinah.com-Meski terbata-bata saat berbicara, namun kuakui Pak Karni Ilyas, presenter ILC TV One, sangatlah cerdas.

Tatkala Buya Syafii Maarif dimintai opini terkait PKI, lalu beliau mengatakan, “Saya sudah bosan bahas-bahas tentang PKI. Bosan! Tiap tahun bahas PKI, padahal kasus PKI udah lama terkubur di masa lampau, ngapain dikorek-korek lagi. Masih banyak permasalahan bangsa ini selain isu PKI, seperti ekonomi, kesenjangan kesejahteraan, dan lain-lain. Ayolah jangan hidup dengan kenangan di masa lalu yang kelam itu.”

Ucapan Buya dikuatkan dengan perkataan Ilham Aidit, anak kandung DN Aidit.

“Kenapa harus diulang-ulang peringatan G30S? Hingga setiap memasuki bulan september, jantung saya berdetak lebih cepat.”

Dan inilah jawaban Karni Ilyas,

“Pak, Anda tau? Di Jerman, setiap tahunnya memperingati kekejaman NAZI. Sama saja sebenarnya. Dan itu tidak salah. Demi mengenang sejarah.”

Luar biasa.

Aku baru ngeh, bahkan di Al-Quran 70% isinya adalah sejarah.

Bila sejarah yang dikenang harus selalu sejarah baik, dan sejarah buruk mesti dibuang, dikubur, jangan boleh dituturkan ke anak cucu, ngapain Allah sampai mengabadikan Peristiwa penyerangan pasukan gajah, pimpinan Abrahah terhadap Ka’bah dalam surat Al-Fil? Atau kekejaman Namrud saat hendak membakar nabi Ibrahim, dalam surat Al-Anbiya’?

Sejarah kelam bukan untuk dihapus. Tapi untuk dijadikan pelajaran agar tak berulang.

Dan agar tak berulang itulah, setiap tahun mesti dituturkan ulang, kalau ada video diputar ulang.

Sama seperti kekejaman PKI, tak ada salahnya nonton film-nya. Dengan begitu, anak-anak muda jadi tau kalau nanti ada gelagat PKI mau bangkit lagi, mereka jadi waspada dan mengantisipasi.

“Sampai kapan kita gini terus, gak mau bermaaf-maafan?”

Sebenarnya simpel sih, ikuti aja pepatah populer ini, “Forgiven but not Forgotten. Maaf oke, melupakan tidak!”

Karena itulah inti sejarah!

 

Sholeh

Koresponden MM.com