H. Surya Aka, SH, M.H. Jurnalis Komunitas Rhoma Irama Penerima Penghargaan Jurnalus Citizen Terbaik Indonesia diacara Menaramadinah.com Award 2020 di Surabaya

USIANYA sudah menapaki 60 tahun. Tapi H Surya Aka SH MH masih rajin menulis walau tak dihonor. Tiap judul tulisannya dibaca lebih dari 5.000 sampai 480.000 pembaca. Lepas dari Jawa Pos yang membesarkan namanya, dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya ini, memilih jadi santrinya The Legend Of Dangdut: Rhoma Irama. Dia mendirikan ormas FORSA (Fans of Rhoma and Soneta). LEWAT link FORSA itulah, tulisan Aka di Menara Madinah.Com disebarluaskan. Aka tak hanya nulis di akun pribais facebooknya. Tapi juga di group FORSA (FANS OF RHOMA AND SONETA) dengan member lebih 80.000 akun. Selain fans Rhoma di Indonesia juga yg kangen Rhoma dari luar negeri. ” Kami selain punya 26 DPW Forsa propinsi dan ratusan DPC kabupaten kota juga ada 10 konsulat Forsa di Kualalumpur, Singapura, Seoul, Taiwan, Tokyo, Arab Saudi, NewYork dan Quessland,” kata Aka. Selain MenaraMadinah.com Aka juga menulis di CowasJP.com. Rating tertinggi tulisannya dilihat lebih 480.000 orang. Menurut survey, Forsa memang jumlah fans terbanyak dibanding artis lainnya. Survey majalah GLOBEASIA 2017 menyebut jumlah Forsa mencapai 25 juta. Sedang OI Iwan Fals baru 5 juta fans. Aka memang penggemar berat (baca: penggila) Rhoma Irama sejak anak-anak di tahun 1970an. Tak heran waktu kelas 5 sekolah PGAN Jember, dia melompat pagar asrama, untuk nekad nonton konser Soneta di Talangsari Jember 1976, walau aturan asrama melarang keluar malam. Beruntung, sewaktu kuliah di Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Jogja. Aka bisa menfaatkan momentum Rhoma Irama syuting film Satra Bergitar di Krakal, bisa bertemu dan mewawancarai Rhoma Irama. Tulisanya ditayang di koran lokal MasaKini. (Lihat foto hitam putih Rhoma dan Aka 1981). Sewaktu berkelana jadi wartawan Jawa Pos di Jogja, Madiun, Malang, Pontianak dan Surabaya, Aka selalu menulis dan mengoleksi lagu2 Rhoma. Di kemudian hari, Aka berhasil mengoleksi hampir seluruh album Rhoma: 115 album! Baik kaset, piringan hitam, VCD, DVD. Bahkan rekan2 di komunitasnya berhasil mengoleksi semua hal terkait Rhoma Irama di tahun 70,80,90an (Poster film, iklan bioskop, kaos sponsor film, karcis film Rhoma, kliping berita koran, poster media, cover majalah, dll) , Era media soslal merebak, 2009 Aka membentuk Soneta Fans Club Indonesia (SFCI), selain di Surabaya, dia bentuk pula di Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Pasuruan, Probolinggo, Jember dan Banyuwangi. Aka bangga karena komunitas fans pertama yang diresmikan oleh Rhoma. ‘’Pembentukan fans di semua daerah memang hasil pembicaraan kami dengan Rhoma di Surabaya 2005’’, kata Aka. Alansanya, sebagai tokoh seniman yang karyanya bisa disejajarkan dengan kitab-kitab dan buku ciptaan kyai dan profesor, Rhoma membutuhkan bantuan fans untuk mendukung dan mensosialisasikan visi dan misinya. Setelah Jatim, menyusul terbentuk pula di Jateng, Jabar, DKI, Sumsel, Kepri, Papua, Sulsel, NTB, Kaltim, Kalteng, Kalsel, dll. Ingin Dirikan Museum Rhoma Irama Tahun 2013 SFCI pimpinan Aka berfusi dengan penggemar Rhoma lainnya: ABRI (Anak Buah Rhoma Irama), Sonetamania, Permata, SFC dll. Jadilah FORSA (Fans of Rhoma and Soneta), yang teinspirasi dari Bahasa Italia FORZA (spirit). Dalam Munas Forsa pertama 2014 yang dihadiri 15 DPW Propinsi, aklamasi memilih Aka jadi ketua umum DPP Forsa. Kemudian 2015 Aka dilantik ketua umum dihadiri Rhoma dan dihibur Soneta Group di Soneta Record Depok. Karena itu 2020 ini, masa jabatannya berakhir. Tapi dia belum tau apakah akan lanjut atau undur diri. ‘’Idealnya DPP Forsa harus ada regenerasi, tapi ya bergantung inspirasi DPW yang punya hak suara’.tambahnya. Selama dipimpin Aka, Forsa eksis sebagai organisasi kemasyarakatan. Selain disahkan SKT (Surat Tanda Terdaftar) oleh Kemendagri RI, Forsa eksis di 26 propinsi dan puluhan kabupaten kota. Wajar bila tiap Rhoma konser bersama Soneta (Onair TV maupun ofair) dan tabligh akbar. Tak heran tiap konser di televisi Rhoma selalu memanggil Forsaa……… Jawabnya ‘’Kereen…”. Aka berobsesi ingin mendirikan lembaga semacam Rhoma Irama Center, agar cita citanya membangun Museum Rhoma Irama bisa tercapai. ‘’Tidak mustahil bila melihat trend, lagu –lagu karya Rhoma Irama akan abadi hingga ratusan tahun yg akan h datang, maka mesti ada lembaga yang mengayomi semuanya’’, tandas ayah tiga putri ini. *Ciptakan Lagu Mars KPI* Saat menjadi komisioner KPI (Komisi Penyiaran Indonsia) Jatim,(2010-2013) Aka menorehkan sejarah pula. Dia, naik ke po dium saat Rakernas KPI di Surabaya April 2012. Hari itu menjadi momentum bersejarah karena lagu ciptaannya ‘’Mars KPI’’, ditetapkan sebagai lagu resmi KPI dan wajib dinyanyikan di setiap awal kegiatan KPI se Indonesia. Aka-pun mengikuti jejak sukses Dahlan Iskan. Dari jurnalis membenahi penyiaran dan dangdut. ‘’Meski hanya sebuah lagu, inilah sumbangsih KPID Jawa Timur buat kemajuan dunia penyiaran di Indonesia,’’ kata Surya Aka. Menurut Aka, lagu tersebut pertama kali dipresentasikan pada rapat Rakornas KPI di Tangerang 2010. Atas banyak masukan, disempurnakan liriknya. Kemudian, dikukuhkan pada Rapimnas KPI di Palembang 2011. ‘’Jadi mulai diperdengarkan pada pembukaan Rakenas KPI 2012 di Surabaya, sejak hari itu, lagu ini diperdengarkan tiap event KPI setelah Indonesia Raya,’’tambah Aka. Di kemudian hari Aka mendengar, HUT KPI digelar di Istana Negara juga dibuka dengan Indonesia Raya dan Mars KPI. (husnu mufid.berbagai sumber).