Multiprespektif Radikalisme

 

Penulis: Yoga Adhi Wicaksananto
Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis. Universitas, Brawijaya.

Radikalisme berasal dari kata radikal dan isme. Radikal adalah pemikiran kritis yang mengakar yang menginginkan sebuah perubahan. Sedangkan isme adalah sebuah pemikiran atau ideologi. Maka Kata radikal dan isme jika digabungkan akan menjadi suatu arti sebagai berikut :
Menurut KBBI yaitu paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastik.
Radikalisme di Indonesia diartikan sebagai gerakan separatis seperti terorisme yang berbau agama atau paham tertentu yang menggiring opini masyarakat bahwa radikalisme itu bersifat negatif, padahal radikalisme itu tidak bisa dikatakan negatif juga karena radikalisme itu pemikiran yang bersifat mendorong perubahan.

Perbedaan radikal dan radikalisme terdapat dalam pengertian lebih luas Radikal mengacu pada hal mendasar ,pokok,dan esensial. Berdasarkan konotasinya yang luas,kata itu mendapatkan makna teknis dalam berbagai ranah ilmu . Dalam kimia dikenal istilah radikal bebas, sedangkan radikalisme dalam kamus ilmiah popular karya M. Dahlan al Barry diartikan sebagai paham politik kenegaraan yang menghendaki perubahan dan perombakan besar bagi jalan untuk mencapai kemajuan.
Sifat radikal berasal dari perasaan tertindas atau tidak puas pada sesuatu yang mengakibatkan individu itu atau kelompok menuntut sebuah perubahan.

Perubahan itu digerakan oleh sebuah kelompok yang mempunyai rasa yang sama atas ketidak puasan. Bagaimana jika kita bersifat radikal tapi berlandaskan Pancasila, pasti akan memperkuat tentang nasionalisme kita yang di dasari Pancasila, dengan pemberitaan yang sekarang sedang bermunculan atau sedang santer.

Topik yang mengangkat tentang terorisme dan radikalisme kebanyakan orang berpikiran ke satu agama tertentu atau kelompok tertentu Ada masyarakat menilai radikal atau teroris ini berpenampilan yang mengidentitaskan salah satu agama tertentu, padahal tidak tahu mana orang jahat mana orang baik.Jadi tidak semua penampilan fisik dari seseorang mengidentifikasi radikal dan teroris. Seharusnya kita menilai seseorang bukan dari penampilan fisiknya.

Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mengingatkan perguruan tinggi soal banyak mahasiswa yang terpapar paham radikalisme ini. Karena itu BNPT menggandeng universitas di Indonesia untuk mencegah mahasiswa masuk ke paham radikalisme

Dengan ini diharapkan civitas akademika mampu melakukan antisipasi dengan memberikan pemahaman tentang sosial budaya ,agama yang mampu menumbuhkan rasa nasionalisme kepada mahasiswa serta menambahkan wawasan tentang bernegara dan tentang lahirnya dasar negara kita yaitu Pancasila.

Mahasiswa harus hati-hati karena ada banyak modus untuk para pelaku paham radikalisme mulai dari pengajian ,diskusi,sampai ajakan di media sosial.Tidak jarang paham radikal atau terorisme ini masuk ke dalam politik kemahasiswaan . Selain itu, keberadaan Generasi muda yang sedang kritis terhadap pemerintahan atau rasa ketidakadilan dari penguasa dapat mudah dimasuki paham ini.

Dalam bidang pencegahan, BNPT menggunakan dua Strategi pertama seperti, Kontra radikalisasi yakni upaya penanaman nilai – nilai ke Indonesiaan serta nilai non kekerasan yang strategi ini di arahkan untuk masyarakat umum melalui kerjasama dengan tokoh agama, tokoh pendidikan tokoh adat, tokoh masyarakat, dan stakeholder lain dalam memberikan nilai kebangsaan.
Strategi berikutnya yaitu deradikalisasi Bidang ini ditujukan pada kelompok simpatisan ,pendukung inti dan militan yang dilakukan baik di luar maupun dalam lembaga kemasyarakatan/lapas lantaran mereka ditahan Tujuanya agar kelompok pendukung yang militan ini meninggalkan hal hal kekerasan dan terror dalam memperjuangkan misinya dan memodernisasi paham – paham radikal mereka sejalan dengan misi – misi atau nilai kebangsaan yang memperkuat Indonesia.

Di era sekarang pemerintah menanamkan ideologi atau dasar negara yaitu Pancasila dengan perkembangan teknologi yang ada seperti yang di utarakan oleh presiden Ir.Joko Widodo pada presidential lecture di Jakarta kemarin “Pancasila adalah ideologi negara kita yang telah bertahan di tengah deru ombak ideologi – ideologi lain yang berusaha menggeserkanya. Yang penting saat ini adalah menanamkan nilai – nilai Pancasila itu terutama kepada anak muda yang jumlahnya 48% atau 129 juta dari seluruh penduduk Indonesia. Kalau tidak mengerti ideologi,tidak paham Pancasila ,negara besar ini menjadi taruhanya. Karena itulah pada presidential lecture di Jakarta kemarin saya mendorong BPIP memanfaatka segenap medium komunikasi kesukan anak – anak muda untuk internalisasi dan pembumian Pancasila. Manfaatkan aplikasi Whatsapp, Telegram, Line, hingga Kakao Talk. Gunakan layanan video YouTube, Netflix, hingga Iflix. Isi media sosial Instagram, Facebook, Twitter, hingga Snapchat. Kita banjiri dengan narasi – Narasi besar tentang Pancasila agar tidak disalip oleh ideologi – ideologi lain yang juga masuk pada medium komunikasi tersebut. Kita juga hadirkan Pancasila melalui tiga hal yang pling disuka anak – anak muda yaitu olahraga , musik, dan film. Tidak masalah kita nebeng Didi kempot titip sama sad boy sad girl, jadi bagian dari ‘sahabat ambyar’ atau numpang di satu lirik di ‘pamer bojo’ tidak apa – apa demi nilai – nilai Pancasila yang menjakau generasi muda seluas mungkin” tertulis pada akun Instagram @jokowi.

Di era m tekonologi yang berkembang pesat kita harus mengimbangi dengan mensisipkan rasa nasionalisme kebangsaan agar menjadikan penerus bangsa dan masyarakat milinial atau bisa disebut juga dengan masyarakat 4.0 tidak melupakan atau bahkan di masuki ideologi atau paham yang salah dalam berbangsa dan bertanah air Indonesi. Untuk itu mari wujudkan Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika dengan rasa toleransi beragama, berbudaya,dan keberagaman yang ada di Indonesia. Dengan berlandaskan Pancasila pastinya Indonesia akan tetap utuh menjadi Indonesia seperti yang diharapkan oleh para pendiri Bangsa dan Negara Indonesia tercinta.