Di Hari Pahlawan Dwi Astutik Mengajak Generasi Untuk Mengingat Sejarah.

SURABAYA – MENARA MADINAH.COM-Pengurus Dewan Pendidikan Jawa Timur, Dr. Dwi Astutik, S.Ag, M.Si, turut serta memeriahkan peringatan hari Pahlawan yang digelar Pemerintah Setempat, Peringatan semacam ini sangat berkesan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme “Hubbul Wathon Minal Iman” Cinta Tanah Air Bagian dari Iman, tuturnya.

Menurut aktivis Muslimat NU Jawa Timur, justru kita ini mendapatkan hadiah istimewa dan bertambah keberkahan dengan penetapan KH. Masjkur sebagai Tokoh Pahlawan Nasional RI. Alhamdulillah saya sebagai “Arek Suroboyo Lahir di Suroboyo dibesarkan di Suroboyo” turut bersyukur dan mengapresiasi pemerintah yang telah menetapkan KH. Masjkur sebagai Pahlawan Nasional,” kata Bunda Dwi Astutik saat mengikuti upacara hari pahlawan yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (10/11/19).

Peringatan hari Pahlawan di Surabaya, Hal ini bisa dilihat langsung dari narasi dan teatrikal pada parade juang yang diselenggarakan Pemerintah setempat di Tugu Pahlawan dan Taman Bungkul. “Kami sangat mengapresiasi Pemkot Surabaya yang telah mamasukkan peran santri pada parade juang di Tugu Pahlawan dan Taman Bungkul, yang sebelumnya tidak pernah muncul dalam teatrikal,”

Insya’allah semakin lengkap ketika mendapatkan informasi dari teman teman aswaja yang mengikuti apel peringatan hari pahlawan di Balai Kota Surabaya baru pertama kalinya lagu Mars Syubbanul Wathon dinyayikan pada acara resmi tersebut. Lagu yang dikarang KH.Wahab Hasbullah ini dulu digunakan untuk menyemangati nasionalisme dikalangan santri. “Syairnya berbahasa Arab supaya tidak dimengerti oleh Belanda dan sekutunya, ini adalah strategi para ulama saat itu untuk mengajarkan bahwa mencintai negeri merupakan sesuatu yang melekat dari keimanan,” tutur perempuan yang juga Dosen FISIP Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan UNSURI.

Saat dikonfirmasi dari sinilah mudah dipahami mengapa tentara Belanda dan NICA datang ke Surabaya pada September 1945, dan Hadrotus’syeikh KH. Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad dan konsul-konsul se Jawa dan Madura “Inilah yang membuat resonansi perlawanan rakyat secara massif terangnya Puncaknya adalah pertempuran 10 November,” Tegasnya.

Dwi Menambahkan sejarah yang sempat hilang dari historiografi perang kemerdekaan ini adalah hal yang sangat luar biasa. terangnya “Sehingga generasi sekarang dan yang akan datang memperoleh bagian dari sejarah bangsanya sendiri, “Ayo Rek Jolali Sejarah” ungkap dalam pesannya.

Disela-sela kegiatan Bunda Dwi Astutik juga mengikuti penjaringan Cawali/Wawali Kota Surabaya 2020-2025.

Maqdar Abdulloh/Menara Madinah.