Sejarah Mbah Rawuh Kediri

Bismillah…
Mbah Rawuh

Mbah Rawuh alias Mbah Noer Alam atau Syeikh Ali Hasan Margodipuro…
Ali Hasan Margodipuro artinya : Orang yang bagus, tinggi kedudukannya, cikal bakal yang mbabat daerah ini.

Mbah Rawuh merupakan putra dari Eyang Joyokusumo. Dan beliau ini si Mbah bagian dari ahli strategi perang Pangeran Diponegoro dan juga si Mbah masih sepupu dengan Sang Pangeran (Putra HB III).

Mbah Noer Alam konon sebelum eksis di Mojoroto Kediri, sebelumnya bertirakat atau berkholwat atau semedi d Gunung Lawu (Magetan) kurang lebih selama 1,5 tahun lamanya.

Seteleh beliau melaksanakan tirakat di Gunung Lawu, si Embah kemudian melanjutkan perjalanan spiritualnya menuju daerah Mrican. Belum disebutkan secara terperinci Mrican daerah mana pastinya. Apakah di Setono Ladean (kawasan Makam Syeikh al Moersyad) utara PG Mrican atau daerah situs Mrican area PG Mrican (pinggiran sungai Brantas). Konon Mbah Rawuh ini melakukan (Ngelakoni) laku selama 3,5 tahun. Berguru pada Syeikh Atmojo Danang Prawiro…
Makna kata dari Mrican yaitu : Singgasana Kamardikan…

Dan dalam proses lelakunya ini beliau dapat petunjuk untuk menempati daerah yaitu Ngampel Mojoroto Kediri (selatan PG Mrican atau sebelah barat Pabrik Gudang Garam). Beliau dapat petunjuk krn kala itu tempat tersebut basis orang2 mbeling (Betik)…

Dan akhirnya Mbah Rawuh ini berkehidupan dengan masyarakat Ngampel pada umumnya sampai akhir hayat hidupnya… Dan jasadnya disemayamkan di Jln.Bungah Gg 8 Ngampel Mojoroto Kediri.

Mbah Noer Alam ini masih ada kekerabatan dengan Syeikh Noer Iman, Mlangi Yogjakarta, juga masih kerabat dari Syeikh Hasan Munadi, Ds Nyatnyono Ungaran Semarang…

Semoga menambah perbendaharaan sejarah dan berguna menyempurnakan sejarah pergerakan di Bumi Nuswantoro…

Diceritakan oleh Kanjeng Bahrudin Mustaqim pada santri nya Ki Rekso Aminoto (Ahmad Mukhibudin Aminoto S.IP)