Kepentingan Pembinaan Watak Penghayat Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa

Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa) berdasarkan ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tanggal 2 maret 1978, tersusun kedalam 36 butir yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk membina watak setiap warga negara Indonesia dan setiap penyelenggara Negara.

Untuk kepentingan pembinaan watak Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dibawah ini dikutip 36 butir nilai dan norma-norma tersebut ;

SILA I. KETUHANAN YANG MAHA ESA.

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Agama dan Kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab;
2. Hormat-menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup;
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya;
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

SILA II. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB.

5. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia;
6. Saling mencintai sesama manusia;
7. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepo seliro;
8.Tidak semena-mena terhadap orang lain;
9. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan;
10. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan;
11. Berani membela kebenaran dan keadilan;
12. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

SILA III. PERSATUAN INDONESIA.

13. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan;
14. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara;
15. Cinta Tanah Air dan Bangsa;
16. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia;
17. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

SILA IV. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN.

18. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat;
19. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;
20. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama;
21. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan;
22. Dengan etikat baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah;
23. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur;
24. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

SILA V. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.

25. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan;
26. Bersikap adil;
27. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban;
28. Menghormati hak-hak orang lain;
29. Suka memberi pertolongan kepada orang lain;
30. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain;
31. Tidak bersifat boros;
32. Tidak bergaya hidup mewah;
33. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum;
34. Suka bekerja keras;
35. Merhargai hasil karya orang lain;
36. Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

jaya jaya wijayanti nirmala waluya jati, PANCASILA tetep JAYA, nusantara mbau dhendha nyakrawati.

MARDIKA MADIKENGRAT.
HAYU HAYU RAHAYU.

Totok Budiantoro

Koresponden MM.com